Jumat, 05 November 2010

Pemalakan Tersistem


Pernah dengar kata Palak? Palak bisa diartikan pemerasan, meminta dengan paksa. Bukan mencuri, mengambil tanpa ijin atau njambret.

Pemalakan biasa dilakukan ditengah jalan saat seseorang sedang jalan sendirian di tempat yang sepi, atau bahkan bisa pemalakan dilakukan ditempat yang rame, tapi yang jadi sasaran palak pasti di hipnotis dulu.

Nah, pemalakan yang satunya lagi adalah pemalakan yang secara terang-terangan, aku sebut juga pemerasan terselubung atau pemerasan tersistem.

Tersistem disini karena dilakukan dibawah sebuah system, baik itu system terkecil institusi kelurahan atau bisa juga di institusi kenegaraan.

Pemalakan tersisten atau terselubung yang pernah aku alami diantaranya adalah waktu mengurus kepindahan KTP dan Pembuatan Kartu Keluarga. Kebetulan mengurusnya di kelurahan depan tempat tinggalku. Mudah banget prosesnya memang, cuman ya harus bayar Rp. 150.000,00. InsyaAllaj aku dah ikhlas kok, walaupun secara system pembuatan KTP dan Kartu Keluarga biayanya habis entah berapa, yang pasti sekarang aku dah punya KTP dan KK administrative Tangerang, jadi kalo ada urusan keadministrasian gak harus susah-susah pulang kampong yang jauh beud….atau kalau pas ke Jakarta, gak takut bakalan kena penangkapan justisi.

Pemalakan yang tersistem lainnya adalah waktu kemarin aku bikin SKCK. Surat keterangan ini bisa diurus di Polsek, Polres atau bahkan di Polda. Nah, waktu itu aku dah ke Polres Tigaraksa Tangerang. Yang tempatnya jauh banget dari peradaban, untuk mencapainya saja aku harus melewati jalan yang berdebu via Cisauk. Jalan berdebu dilanjutkan dengan jalan masuk via tengah sawah dan bukit, serasa pulang kampong saja. Dan akhirnya nyampe juga ke sebuah pusat perkantoran yang sedang di bangun. Ternyata itu adalah pusat pemerintahan Tangerang Selatan yang lagi dibikin, jadi jalannya masih acak-acakan gitu alias tanahnya masih digali disana-sini.

Nyampe di Polres, aku disuruh ke sebuah bangunan kecil katanya bagian Intel, tempatnya kecil dan ada dipojokan. Disitu ada papan pengumuman dan tertempel selebaran yang menyebutkan syarat-syarat pembuatan SKCK serta biaya administrasi. Hore…ternyata pembuatan SKCK hanya butuh Rp.10.000,00 saja. Sehari jadi….

Tapi sayang, permohonan SKCK-ku ditolak karena aku menyebutkan alasan pembuatan SKCK mau dipake untuk mengajukan beasiswa ke luar negeri gitu. Jadi direkomendasikan ke Polda yang ada di Semanggi.

Akhirnya aku ke Polda Semanggi, pengurusan SKCK memang mudah, lancar dan Alhamdulillah sukses. Gak perlu antri-antri segala. Cukup 30 menit selesai. Tapi disini menurutku aku mengalami yang namanya pemalakan tersistem.

Kata selebaran di Polres, pengurusan SKCK hanya Rp.10.000,00 tapi nyatanya aku harus bayar Rp.40.000,00 kalau di Polda. Pembayaran dibagi di 2 tempat. Pertama adalah sesaat setelah pengambilan sidik jari, bapak-bapak yang membaca rumus jari-jariku meminta administrasi sebesar Rp. 20.000,00 trus yang kedua ya pas ambil hasil SKCK tersebut. Bapaknya dengan tanpa basa-basi bilang,

“Ini SKCK-nya sudah jadi, trus sekarang tinggal administrasinya saja”

Glek…. “Lho tadi bukannya sudah bayar” dalam hati saja sech….karena sudah aku duga bakalan ada pembayaran lagi.

“Berapa pak…” tanyaku.

“Ya, berapa saja seikhlasnya..”

Jailah…….kok seikhlasnya, bukane peraturannya sudah ada???

“Emmm…berapa pak? Aku gak punya uang neh…” aku berlagak bego…pengennya aku kasih Rp.5000,00 saja tuch orang biar tahu rasa, cuman kok ya kasihan.

“Ya, monggo, seikhlasnya saja..”

Idih….kayak pengemis banget……

Akhirnya, aku kasih saja uang Rp. 50.000,00 tapi aku minta kembalian, jadi Rp.20.000,00 saja.

Yes, aku punya SKCK sekarang, insyaAllah ikhlas dan semoga bermanfaat…..

----------------------------------------------------

Pemalakan yang bener-bener menguras kantong adalah pemalakan yang aku alami saat pengurusan paspor.

Dari pemalakan-pemalahan ini, akhirnya aku menyimpulkan paspor yang aku miliki tuch harganya mahal banget, ya semoga bermanfaat dan untunglah aku dapet pelajaran dari semua itu.

Dimulai dengan tahun 2008 ketika aku mengikuti program sebuah PJTKI di Semarang, pembuatan paspor dihandle sepenuhnya oleh PJTKI tersebut, nggak tahunya program gagal total, dan Pasporku ditahan secara sepihak tanpa ada MOU, tanpa ada hitam diatas putih….jahat banget tuch PJTKI…hiks…hiks… Sedih kalo mengingatnya. Akhirnya dengan membayar Rp 1.500.000,00 aku dapatkan juga pasporku yang hampir habis masa berlakunya.

Sebenarnya, sebelum memutuskan untuk membayar sejumlah uang itu, aku iseng-iseng mengurus pembuatan paspor baru, e…ternyata iseng-iseng membawa petaka. Karena pembuatan paspor adalah system online, jadi aku ketahuan dech kalo dah punya paspor.
Akhirnya aku di BAP (Berita Acara Pemeriksaan), aku sebagai tersangka penduplikatan paspor….

“Uhg….semua karena PJTKI itu!!!”, keluhku.

Jadi, ceritanya waktu interview pembuatan paspor baru aku ditanya

“Sudah pernah ke luar negeri?”

“Belom..”

Ya, aku kan jujur, karena memang belom pernah ke LN.

Akhirnya proses pembuatan paspor baru selesai dan aku dapet jadwal pengambilan paspor, nah pas aku mau ambil itulah, ketahuan dech kalo pasporku ditolak oleh system, katanya. Dan aku diharuskan untuk ambil paspor lama, baru dech prosesnya bisa dilanjutkan setelah di BAP.

Maka dari itu, dengan terpaksa dech aku ambil paspor di PJTKI dengan membayar sejumlah uang tersebut.

Ternyata, penderitaan belum usai, oleh bagian BAP dikatakan bahwa paspor baru yang aku urus dah ditolak system dan sudah hangus….

Gubrak………nangis atiku….

Ya, sudah dech…akhirnya aku mengikuti aturan saja, datang untuk BAP, jadi tersangka penduplikatan paspor..

Nah, setelah BAP selesai, ternyata harus bayar Rp.500.000,00, nggak tahu dech ada nggak dalam aturan. Karena aku lihat, tuch uang masuk ke kantong langsung dan nggak ada kuwitansinya. Aku mau minta kuwitansi dah males, yang penting paspor lamaku dikembalikan dan bisa dipake walaupun tinggal beberapa bulan lagi.

Pemalakan mengenai paspor ini, aku sepenuhnya belum ikhlas, nggak tahu kenapa, semoga suatu hari nanti aku bisa ikhlas, karena kasihan tuch oknum imigrasi kalo aku gak ikhlas, keluarganya dikasih uang haram…pasti bakalan nggak baik buat pertumbuhan anaknya. Ya,Allah….semoga aku segera mengikhlaskan proses pembuatan paspor ini. InsyaAllah….

----------------------------------------------------

Dari semua hal ini, aku mendapatkan pelajaran yang benar-benar berharga. Aku sadar betul, bahwa aku buta sama sekali mengenai hokum keimigrasian, aku buta sama sekali mengenai kebijakan-kebijakan yang ada di negeri tercinta Indonesia ini. Dan ternyata, orang-orang yang menjalankan roda pemerintahan memanfaatkan kebutaanku dan mungkin memanfaatkan kebutaan-kebutaan semua masyarakat di Indonesia ini.

Astagfirullah….

Ya Allah, berilah kelancaran dalam perjalanan hidup hambamu ini, jadikanlah hamba berada dijalan yang Engkau ridhoi, jalan yang Engkau rahmati…jalan yang halal..

Amin…

Kamis, 04 November 2010

Supervisor yang ngak Super Vision


Super Vision, aku definisikan sebagai sebuah penglihatan yang cermat, kritis, cerdas dan membangun. Dengan kekuatan melihatnya dia menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, menjadikan sesuatu menjadi lebih sempurna dan berjalan sebagaimana mestinya.

Super Vision, aku definisikan sebagai sebuah pikiran kedepan yang luar biasa, pandangan-pandangan dan perhatiannya akan difokuskan bagi keberhasilan dikemudian hari yang sempurna.

Yah, itulah Sang Super Vision aku definisikan.

Super Vision aku syaratkan jika seseorang akan menjadi supervisor. Dimana dia sudah benar-benar memahami apa yang dinamakan Tridarma Supervisor yaitu :
1.Mengelola Diri Sendiri,
2.Mengelola Pekerjaan, serta
3.Mengelola Bawahan

Nah, itu hanyalah persepsiku mengenai supervisor dan berdasarkan teoritis saja, karena apa yang aku temukan adalah sangat bertolak belakang.

Aku mengidealkan seorang supervisor itu ya akan mendampingi bawahanya dalam menjalankan aktivitas kerjanya, sehingga hasil yang dicapai bisa lebih dari yang diharapkan. Supervisor ya harus mengetahui detail apa yang dilakukan oleh bawahannya, memahami seluk beluk dan langkah-langkah praktis untuk mendapatkan hasil gemilang.

Selain itu, aku mengimpilan seorang supervisor tuch ya bisa membimbing disaat bawahannya bekerja untuk menghindari kesalahan baik karena kelalaian maupun karena prosedur yang tidak berdasarkan standar.

Dari situs yang secara intens membahas mengenai Supervisor ada empat “K” (4K) sebagai syarat menjadi supervisor yang ideal, yaitu karakter, koperative, kompeten dan komunikative.

Cocok banget dengan apa yang aku bayangkan dan aku persepsikan selayaknya seorang supervisor itu. Karena supervisor tidak hanya datang disaat bawahan melakukan kesalahan saja, menghakimi dan tanpa pembelaan.

Supervisor seharusnya akan lebih disalahkan jika bawahan melakukan kesalahan, karena seharunysa seorang supervisorlah yang merumuskan kerangka kerja dan standar prosedur kerja yang diakui.

Supervisor bukan hanya berlaku seakan-akan mendapatkan posisi amannya saja, namun supervisor bersama-sama dengan bawahan harus seiya sekata.

Begitulah jika supervisor yang nggak ber-vision lagi karena sudah dibutakan oleh posisi aman. Lupa akan tupoksi (tugas pokok dan fungsi)-nya.

Jumat, 22 Oktober 2010

Khutbah Jum’at Yang Terlupakan


Kemarin aku melakukan survey kecil-kecilan, lagi-lagi survey ini jangan dianggap ilmiah karena nggak menggunakan metodologi ataupun dasar teoritis apapun juga, aku hanya iseng saja.

Sample dilakukan pada 10 orang, kenapa 10 orang ya biar mudah saja saat menghitung prosentasenya, hehehehe. Trus kriteria sample sedikit aku perhatikan, usia rentang antara 24 s/d 30 tahun, aku pikir rentang usia ini adalah usia yang sangat productive (sesuai perkiraanku saja, gak ada dasar teorinya, hehehe). Trus tingkat pendidikan aku samakan, semua adalah lulusan ilmu keperawatan, kenapa? Karena aku anggap seorang perawat itu memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata (semoga perkiraanku gak meleset), memiliki daya kritis tinggi, memiliki kemampuan-kemampuan prioritas dan managemen waktu, kan di kuliahan dulu belajar manajemen keperawatan.

Survey hanya dilakukan via layanan sms dengan dua pertanyaan pokok saja. Yaitu :
1.Apakah anda sholat jum’at hari ini?
2.Apa isi khutbah jum’at hari ini?

Sebenarnya pertanyaan pertama adalah pertanyaan pintu masuk saja, karena yang ingin aku ketahui adalah mengenai khutbah jumatnya.

Hipotesisku aku rumuskan sesaat selama khutbah Jum’at yang aku ikuti, hipotesisku mengatakan : Banyak diantara para jemaah Khutbah Jum’at saat ini yang tidak mengikuti khutbah jumat dengan baik” Implikasinya ya khutbah jum’at terlupakan, masuk telinga kanan keluar telinga kiri, dianggap angin lalu saja.

Ternyata perkiraanku tidak meleset jauh. Dari sample yang aku survey, 90% melakukan sholat jum’at, ada 10 persen yang nggak sholat karena kesulitan mencari masjid (katanya…….). Jadi tetap saja aku anggap dia masuk dalam criteria sample yang melupakan esensi khutbah jumat.

Dari 10 orang tersebut, hanya ada 40% orang saja yang tegas-tegas menjawab pertanyaan mengenai esensi khutbah jumat itu. Dan sisanya ada yang terang-terangan biilang “Aduh, maaf, tadi aku ketiduran jadi kelewat dech apa yang disampaikan sang khotib” gitu. Ada juga yang mungkin malu menjawab kalau tidak mengikuti khutbah jumat dengan baik, jadi pertanyaan kedua tidak dijawab. Terpaksa dech, mereka yang diam aku masukkan dalam criteria yang melupakan esensi khutbah jumat.

Jadi disimpulkan bahwa ternyata memang masih banyak para jemaah khutbah jumat yang tidak memahami atau malah melupakan esensi dari khutbah jumat. Tidak tahu apa yang disampaikan oleh sang khotib atau malah tidak tahu kapan awal dan akhir khotbah jumat dimulai. Karena datang langsung pules dan tahu-tahu semua orang sudah berdiri untuk sholat jumat. Dengan terkaget-kaget, terhuyung-huyung karena kaki kesemutan mencoba berdiri (pengalaman pribadi neh…..)

Hipotesisku tidak meleset jauh, namun demikian Alhamdulillah masih ada yang konsisten dengan mengikuti sholat jumat dengan baik dan memahami esensi khutbah jumatnya.

Hasil ini mungkin tidak bisa digenerasilasi, namun kembali aku membayangkan. Sample yang aku ambil adalah usia productive, usia energic, usia emas dimana sample pada usia ini seharunya adalah usia yang memiliki kekuatan fisik yang bagus.

Coba bayangkan dengan para jemaah sholat jumat yang masih terlalu muda atau yang sudah lebih dua kali lipat usia kita? Mungkin apabila survey dilakukan pada kelompok usia berpangkat 4 (> U4) tersebut hasilnya akan lebih menunjukkan bahwa selama ini banyak yang melupakan esensi khutbah jumat itu sendiri.

Mungkin hal ini sebagai pengingat buat aku sendiri, yang kadang melupakan dengan sengaja waktu-waktu sholat jumat, ataupun jika datang ke masjid buat sholat jumat dengan mudahnya tertidur didalam dudukku saat sang khotib membacakan khutbah jumat.
Padahal sudah dengan jelas di ajarkan oleh Nabi kita mengenai keutamaan sholat jumat ini,

Astaghfirullah…semoga Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahanku...

Senin, 18 Oktober 2010

Menjaga Stabilitas Emosi dan Motivasi

Dua tahun yang lalu, tepatnya pas bulan Ramadhan tahun 2008 saya melewatinya di sebuah rumah seorang non muslim, keluarga chiness mix jawa. Saya jadi seorang perawat home care. Sang suami yang aku rawat adalah seorang chiness dan istrinya yang begitu setia adalah asli jawa, bahkan ada keturunan darah keraton.

Saya gak akan bahas mengenai home care dan suka-dukanya menjadi perawat home care, cuman disini saya ingin mengingat kembali mengenai beberapa moment pembicaraan dan beberapa statemen yang kadang membuat aku mendapatkan sisi lain dari pola pikir-pola pikir yang luar biasa.

Bagaimana memandang proses kehidupan kadang kala kita dapatkan dari siapa saja, tak memandang usia, agama, suku dan budaya. Asalkan prinsip-prinsip itu tidak bertentangan dengan ajaran agama saya (Islam) saya menganggap pembelajaran yang sangat indah dan semoga menjadi bermanfaat buat pola pikir saya nantinya.

---------------------------

“Mas Bejo, orang jawa itu punya uang 10 juta sudahmerasa jadi orang terkaya di kampungnya. Bingung mau beli apa, pamer, dll. Beda dengan orang “keturunan”, misalnya sama-sama punya uang segitu mereka masih mengencangkan ikat pinggang, makan pake kecap doang, ibaratnya”.

“O gitu ya bu..” aku menerawang ke luar jendela, hujan rintik-rintik sore itu membawa pikiranku mensetujui statemen yang ibu ini utarakan. “Bener juga ..”, batinku.

Statemen yang lugas dan mengena itu diutarakan setelah aku menanyakan bagaimana si ibu yang seorang jawa tulen ini nikah sama orang keturunan, dan aku pikir si ibu pasti sudah mendalami sekali bagaimana prinsip dan pola hidup yang mengalir dalam darah mereka.

“Satu hal lagi mas Bejo, bapak itu memiliki keuletan yang luar biasa, bapak memuali dari kecil dan modal yang sedikit, tapi kemauannya luar biasa keras”
“Kalau gitu, ibu pasti bangga sekali jadi istri bapak”

Sang ibu ini hanya menjawab dengan senyuman.

Dan selanjutnya ibu itu pun mengenang kembali saat-saat mereka mulai berkeluarga, saat-saat sang suami hanya sebagai penjual barang kelontong kecil dengan modal yang pas-pasan. Sanak keluarga yang seakan melupakan mereka.

“Ya, itulah hidup mas Bejo, dengan keuletan dan ketelatenan bapak dalam bekerja, akhirnya menghasilkan ini semua”

“Wah, luar biasa bu ceritanya, saya jadi merinding mendengarnya…”

-------------------------------

Pembicaraan sore itupun harus diakhiri karena sebentar lagi adzan maghrib dan waktunya buka puasa sudah hampir tiba, sang ibu ditemani pembantunya menyiapkan makanan buat buka puasa. Walaupun mereka keluarga non muslim, namun mengetahui aku yang muslim yang sedang puasa, mereka sangat antusia untuk menghargaiku.

“Kata orang, siapa yang memberikan buka puasa kepada orang yang puasa kan akan dapat pahala yang sama” begitu kata si Ibu di sela-sela menyajikan makanan, sambil bercanda.

Aku hanya mengulum senyum, “Semoga…” batinku….

------------------------------------

Begitulah, aku menyebutnya sebagai kemampuan menjaga stabilitas emosi dan motivasi dengan baik. Dimana mereka tidak mengedepankan keinginan dan nafsu dunia dengan mengencangkan ikat pinggang. Kemampuan lain adalah stabilnya semangat akan pencapaian suatu hal. Ulet. Begitu orang jawa bilang.

Aku sebagai orang jawa tulen, kadang merasa getir sendiri merasakannya, bagaimana aku selalu termotivasi sebaliknya, saat ada walau edikit sudah bingung akan membelanjakannya. Walaupun angan dan cita-cita setinggi gunung, namun rasa malas seakan membelenggu hati hingga tiada yang terrealisasi.

Ah, sudahlah…

Terakhir, baru-baru ini aku tanyakan langsung ke seorang temen yang kebetulan asli chiness. Maklum aku kerja di lingkungan yang banyak orang-orang keturunan, jadi mudah saja menemukan dan kembali lagi mendalami pola pikir mereke.

“Ya, mungkin kalian kan asli sini, jadi merasa memiliki tanah sendiri, ya maklum saja sudah merasa nyaman dengan apa yang dimiliki” Kata dia.

“Sedangkan kami, sebagai warga pendatang, warga keturunan, harus berjuang sekuat tenaga untuk survive, mungkin itu nilai-nilai yang sejak jaman nenek moyang kami tanamkan kepada orang tua-orang tua kami dan akhirnya ya kayak mendarah daging menjadi prinsip hidup kami”

Aku kembali lagi terpaksa atau memang seharusnya menyetujui apa yang mereka paradigma-kan. Peribahasa yang selama ini aku pahami “mangan-ora mangan seng penting kumpul” seakan melelah dan menjadi kurang berarti, ketika dihadapkan dengan ketiadaan semangat akan hidup dalam peribahasa itu.

Yah, memang tidak mudah menjaga stabilitas emosi dan motivasi, kadang up kadang down. Tak terhitung saat tiada haluan...

“Bismillah....” Ikhlas....

Kamis, 14 Oktober 2010

One Day No Rice

Program yang dicanangkan oleh pemerintah ini lagi boomingnya dan lagi hangat-hangatnya di perbincangkan di berbagai media, baik cetak maupun electronik.
Sebuah program yang menganjurkan masyarakat Indonesia untuk menyempatkan satu hari dengan tanpa makan nasi. Dalam rentang waktu berapa lama ya? Tiap seminggu sekali, sebulan sekali atau seumur hidup sekali? Aku belum begitu memahaminya. Namun pada dasarnya ya itu tadi, program “sehari tanpa makan nasi”.

Program ini masih ada yang pro dan juga kontra, ya namanya program baru pasti bakalan menuai banyak protes2 gitu. Kalau menurutku sich program ini ada manfaatnya kok, walaupun mungkin untuk menjalankannya akan banyak kendala, ya secara program ini diperuntukkan bagi semua masyarakat Indonesia, bagaimana cara mengendalikan, bagaimana cara mensupervisi dan mengawasi agar program ini tetap berjalan? Bagaimana jika tidak dijalankan? Apakah aka nada sanksinya?

Jadi menurutku program ini akan sangat individual sekali, mungkin himbauan saja, karena mengingat merubah perilaku pasti akan memerlukan waktu yang tak sedikit dan cara yang tidak mudah.

Apapun itu, aku menyambut program atau himbauan ini baik juga untuk kesehatan. Baik dipandang bagi kesehatan sebuah Negara Indonesia maupun kesehatan individu yang melakukannya. Menurutku, bisa juga diartikan dengan “sehari tanpa makan nasi”, kita kembali menghargai kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia ini, kekayaan alam yang berlimpah, dengan berbagai macam sumber karbohidrat layaknya nasi.

Aku sempet berdiskusi, lebih tepatnya tanya-tanya ke ahli gizi di tempatku kerja mengenai apa saja yang cocok dimakan sebagai pengganti nasi, dan ternyata memang banyak sekali. Mulai dari Talas (Tales : jawa), singkong, sagu, ubi, kentang, sampai ke tepung-tepungan seperti tepung hunkwe, tepung terigu, tepung maizena, macam-macam mie seperti mie kering, mie basah, bihun, sampe biscuit, krekers, havermut, dan roti putih.

Nah…ternyata banyak banget kan?

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita akan merasa kenyang dengan makan selain nasi? Karena seringkali kita men-setting dalam benak kita bahwa “belum makan kalau belum makan nasi” sehingga belum kenyang dech walaupun dah makan banyak-banyak.
Ya itu bisa jadi hanya sugesti saja, karena pada dasarnya menurutku perasaan kenyang adalah sugesti. Selain itu, makan juga harus dipertimbangkan jumlah kalorinya. Dimana kandungan kalori setiap makanan sumber kalori (disebut sumber hidrat arang) akan berbeda-beda, sedangkan setiap kita memiliki kebutuhan kalori yang berbeda ditentukan berdasarkan berat badan dan tinggi badan.

Dari hal tersebut untukmendapatkan kalori sesuai kebutuhan, khususnya ketika kita ingin menjalankan program satu hari tanpa nasi ini, kita perlu mempertimbangkan jumlah (dalam berat/ gram atau ukuran lainnya) dari makanan pengganti nasi tersebut.
Misalnya saja, kita biasanya makan 100 gr nasi sehari, maka untuk mendapatkan kalori yang sesuai dengan berat nasi tersebut dibutuhkan 2 buah kentang dengan berat 210 gr (ini berdasarkan leaflet yang diberikan oleh ahli gizi di tempat saya bekerja yo…..)

So, gak ada salahnya untuk mencoba menjalankan program ini, individual saja mungkin. Gak harus dipaksakan,lebih baik dihimbau dan diberikan role model saja dengan komitmen bersama.

Tapi, terakhir aku bayangkan adalah apa ya enak ya? Makan sate kambing disertai biscuit, roti putih (roti tawar), atau bahkan dengan havermut? Kayaknya gak bisa bayanginnya dech….hehehehehehe…

Jadi, PR-ku sekarang adalah, mencoba mencari gabungan-gabungan makanan yang tepat, cocok dan enak dari masing-masing sumber karbohidrat itu ketika akan di makan dengan jenis sayur apa, jenis sumber protein apa, dan lainnya…

Apakah anda berminat untuk mencoba menjalankan program “sehari tanpa nasi ini?”

Kenapa hanya sehari? Gak pengen lebih…?

Selasa, 12 Oktober 2010

Titik Kulminasi


Aku menyebutnya sebagai kondisi “Titik Kulminasi”. Kulminasi secara harfiah diartikan sebagai puncak tertinggi atau tingkatan tertinggi (www.artikata.com).

Ketika kondisi ini aku terapkan pada puncak tertinggi dari kehidupan seseorang, khususnya tingkatan tertinggi dari pilihan-pilihan pekerjaan, pilihan berkeluarga, pilihan tempat tinggal dan pilihan-pilihan lain sebagai titik kulminasi hidup mereka.

Apakah saya, anda dan mereka sudah merasakan titik kulminasi itu sendiri? Menurutku, sebagai manusia yang secara fitrah selalu merasa tidak puas, pasti tidak akan merasakan apakah sebenarnya dia sudah berada di titik tertinggi itu atau belum. Namun hal ini tentunya tidak bisa digeneralisasi, karena ada juga kok yang bisa memahami bagaimana kulminasi itu secara diam-diam telah bersamanya dan memang disitulah seharusnya dia berada. Menurutku bagaimana kita menyadari apakah kulminasi kehidupan atas pilihan-pilihan yang ada, adalah dengan mensyukuri apa yang telah dilimpahkan Tuhan kepada kita.

Ketika aku mencoba berdiskusi dengan egoku, aku mengatakan, “Sebenarnya kapan kamu akan mencapai titik kulminasi atas kehidupanmu?”

Dan egokupun mengatakan, “Titik kulminasi akan aku rancang secara matang, dengan seksama dan mempertimbangkan berbagai pihak”

Secara tidak langsung akupun menyetujui sepenuhnya apa yang egoku inginkan, namun kadang aku berfikir, “Jangan-jangan apa yang telah egoku rumuskan akan pencapaian titik kulminasi menjadi sebuah cara yang niscaya dan sia-sia akan keberhasilannya”

Dan egokupun mencoba menghibur dengan mengatakan, “Tidak ada salahnya masih bermimpi asalkan mimpi itu rasional dan masih manusiawi”. Yup, bener banget apa yang dikatakannya, kadang mimpi-mimpi yang ada akan jauh dari kenyataan, namun dengan mimpi-mimpi kayaknya hidup semakin terasa ada tujuan yang akan dicapai.

Merumuskan titik kulmunasi dari proses perjalanan hidup memang hak dari masing-masing diri kita, begitu juga aku. Ketika aku belum ingin menyudasi kesendirianku, karena aku merasa titik kulminasiku bukan sekarang waktunya, dan ketika masih banyak impian-impian yang ingin aku capai, karena aku merasa bukan disini titik kulminasi itu berakhir.

So,mari kita rumuskan titik kulminasi dengan seksama, macam pekerjaan apa sebagai pilihan terakhir, kapan saatnya membina keluarga, dimana kita akan tinggal nantinya dan lain-lainnya.

Titik kulminasiku akan menjadi rancangan yang indah pada nantinya ketika semua dijalankan secara ikhlas dan penuh rasa syukur..

Semoga apa yang aku rencanakan akan terwujud, karena manusia sepertiku hanya bisa berencana dan berusaha. Allahlah yang akan menentukan semuanyu. Amin…

Rabu, 06 Oktober 2010

Happy Holiday


Pada umumnya liburan itu ya di hari sabtu atau minggu (week end), tapi bagi sebagian orang yang kerjanya shift kayak aku gini liburannya jadi nggak tentu, kadang pas week day dan kadang bisa saja pas week end, tergantung bagaimana pola roster berjalan dan akan berhenti setelah melewati dua malam shift.

Liburan adalah saat-saat yang barangkali ditunggu-tunggu oleh sebagian orang. Bagi yang sudah berkeluarga libur adalah saat yang tepat buat kumpul dengan anggota keluarga yang lain, teman, atau kerabat bahkan bisa juga di liburan week end dapat digunakan untuk melebarkan sayap perusahaan dengan ketemu client pada kesempatan yang lebih santai karena tidak dikejar-kejar waktu.

Selain liburan week end dan libur habis 2 shift malam, ada juga liburan hari-hari besar, atau liburan yang sengaja diciptakan sendiri dengan artian ambil cuti buat liburan.

Temenku bilang, saat libur adalah saat yang penting buat dirinya, karena saat libur adalah saat dimana dia bisa berkumpul dengan anak-anaknya sepanjang hari, bisa mengurus anak berangkat sekolah, mandiin, dan nyiapin sarapan.

Temenku yang lain bilang, saat liburan akan digunakannya untuk hipernasi, tidur sepanjang hari, makan, bermalas-malasan dan memanjakan diri dengan pergi ke salon atau cuci mata di mall.

Tentu saja bagi setiap orang liburan akan memiliki arti tersendiri yang semuanya tentu saja adalah hak mereka masing-masing untuk memanfaatkannya.

“Ya, tak ubahnya mesin, manusiapun butuh waktu untuk rehat fisik maupun pikiran barang sesaat” kata salah seorang temenku.

Jadi, bagaimana dengan kesempatan liburan yang digunakan untuk bekerja karena tuntutan atasan atau tuntutan pekerjaan? Karena ketenagaan sedang kurang sehingga jatah waktu libur diambil untuk bekerja dihitung lembur.
“kalau aku mending jangan dihitung lembur saja dech, diganti libur dilain waktu saja…” begitu sebagian besar komentar yang keluar ketika diminta lembur disaat liburan.

Hal ini membuktikan betapa berartinya liburan, apalagi bagi pekerja shift dimana liburnya adalah setelah 2 malam kerja baru dapat libur. Tentunya libur akan lebih terasa nikmatnya.

Happy holiday, aku maknai sebagai hari yang dipake buat senang-senang, yup, bagiku libur bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Aku tidak suka kalau liburanku ada yang menggangu gugat, biarlah liburanku aku sendiri yang memanfaatkannya sebaik dan semaksimal buat hidupku.

Selasa, 05 Oktober 2010

Faktor "U"


Aku meminjam istilah factor “u” dari buku the naked traveler-nya trinity. “U” disini kependekan dari usia atau umur.
Kata yang kadang sangat sensitive ini menjadi sangat penting dan berharga pada kesempatan dimana seseorang diberikan kepercayaan untuk mendedikasikan factor “u” –nya kepada publik.
Faktor “u” sekali lagi bukan uang, namun jumlah kumulatif tahun hidup seseorang dimuka bumi ini, yup, Umur atau Usia.

---------------

Barangkali memori kita masih ingat dengan iklan sebuah produk “pembakaran tembakau”, dengan kata-katanya “Yang Belum Tua Belum Boleh Bicara”, alias yang boleh ngomong ya yang berumur saja, alias yang sudah malang melintang ratusan juta jam kerja di dunia persilatan ini baru dech di denger tuch suara emasnya (kayak penyanyi saja…).
Mungkin sindiran itu bukan tidak berdasar, karena kultur adat ketimuran Indonesia (lagi-lagi kultur Indonesia yang menjunjung adat ngajeni orang yang lebih tua) memang seperti itu. Tidak selamanya salah sich, cuman akan menjadi sebuah bencana jika pikiran-pikiran kolotnya masih dipertahankan.

--------------

Dari hasil pengamatan sepihak yang aku lakukan, bukan ilmiah karena tidak menggunakan metodologi, serampangan saja karena berdasarkan subjektivitas “aku” sendiri. Mengindikasikan bahwa fenomena kelolotan berdasarkan factor “u” masih juga ada diberbagai lini di negeri tercinta ini.
Hal yang mendasar yang aku kurang suka dengan siapa yang sudah banyak makan asam garam (sudah hampir berapa ton tuch…? Heheheee istilah saja ya…) dia yang boleh “bicara” adalah karena ideologi mereka yang akan sangat sulit dirubah.

--------------

“Bicara” disini memiliki arti yang dalam. Memang dalam UUD 1945 pasal 28E berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Dimana mengeluarkan pendapat adalah hak asasi manusia yang bisa dikeluarkan dengan suara/bicara, tulisan maupun tindakan.
Namun kata “bicara” dalam kiasan diatas adalah, suara yang memiliki power, suara yang bisa mempengaruhi orang, suara yang bisa merubah dunia menjadi terbalik (barangkali…..).
Intinya “hak bicara” yang sekarang di aplikasikan masih menggunakan pola, factor “u” sama dengan boleh bersuara.

Kembali lagi ke factor “U”. Banyak terjadi karena “U”nya sudah pangkat lima ( U5 ) kemudian akan dijadikan acuan bahwa suaranya emas, suaranya merdu, suaranya menghibur, dll…..lho, memangnya biduan dangdut? Hehehe…ya pokoknya itu… Padahal, dengan “U” pangkat lima, karena saking merdu suaranya malah bisa bikin tidur pules. Alias nothing, STD, ideologi lama, menyadur, mengekor, gak ada kreatifitasnya blas…

-----------------

Hasil pemikiran mendalamku menyimpulkan bahwa (cie….pemikiran mendalam, bilang saja kalau asal ngomong….hehehehe) :
1.Semakin pangkat “U”-nya makin banyak, seseorang akan semakin dewasa, namun semakin kekanak-kanakan. Lihat saja….pasti akan lebih sensitif, semakin slow motion (kayak bayi merangkak….cek..cek…), imunitas lemah (bayi….lagi), dll.
2.Kreatifitas akan semakin menurun karena ideology yang tertanam dalam pola pikirnya ya ideology jaman belanda dulu (kale…..), ya liat saja, kadang-kadang kolotnya…..minta ampun dech.
3.Daya saing kurang, hanya mengikuti prosedur yang ada, menjalankan kereta berdasarkan rel yang lurus, beranikah mencoba keluar jalur atau bikin sensasi? Aku ragu…bahkan bisa bilang gak akan berani, karena pasti akan kehilangan apa yang sedang di-"pegang"-nya….
4.Segi positifnya ya apabila ada yang dengan “U” pangkat 6 tetapi masih gaul, bisa diajak having fun bareng (ada gak ya…..??), selalu update status di facebook. Ini mah kayaknya ke-ganjen-an dech..

----------------------------------

Nah, dampak yang akan terjadi dari itu kira-kira apa? Ini nih :
1.Produktivitas menurun. Ya bayangkan saja, dengan factor “U” yang berpangkat-pangkat, menjadikan seseorang tidak kuat goncangan, mudah tumbang, mudah goyah, lemah. Kalau diibaratkan sebuah mesin yang sudah aus pasti sering mogok.
2.Stagnan, alias mandeg. Ya karena kreatifitasnya kurang, jadi ya nggak bakalan membikin gebrakan-gebrakan. Adanya ya itu tadi, mengekor…
3.Udah itu saja, kale…

Sebenarnya aku bukannya nggak suka dengan factor “U” yang masih dikedepankan, namun liat-liat dunk…kasihan kan merekanya yang bersangkutan.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Nggrundel


Semakin lama aku rasakan semakin aneh saja, apa yang terjadi gerangan?
Berdasarkan evaluasi serampangan (kemampuan yang aku miliki memang bukan evaluasi secara ilmiah, karena hanya evaluasi berdasarkan subjektivitas diriku sendiri) mengindikasikan bahwa beban kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah ketersediaan SDM.
Hal inilah yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat (sehangat panas badan karena gangguan termoregulasi permanen) dikalangan bawah, nggak tahu kalau dikalangan lainnya.
Hangat-hangat nggak punya power, ya bisanya hanya nggrundel thok..

-------------

“Kayak gini namanya nggak adil banget ya…” Kedua temenku yang baru pulang kerja sambil membuka pintu kost sambil nggrundel, nada suaranya medhok njawani mesuh-mesuh, mirip kumur-kumur karena nada bicaranya yang cepat.
Aku yang sedang duduk didepan TV agak kaget, “Kenapa tho?” Tanyaku mencoba merespon pembicaraan temen kostku tersebut.
Dan cerita panjang lebar keluar dari kedua temenku tersebut, bagai curahan hati (curhat) panjang yang lama terpendam.
Usut punya usut ternyata ditempat kerja temen kostku tersebut sedang banyak kejadian aneh akhir-akhir ini, sistem kerja mereka yang katanya seperti dikejar-kejar maling, SDM yang kurang tapi dipaksakan.
“Seperti pabrik saja!” kata salah satu dari mereka.
“Bahkan anehnya lagi”, kata si Cungkring “Praktek KKN, dalam hal ini lebih difokuskan pada “N”-nya makin meraja lela saja”.
“Bagaimana tidak namanya nepotisme? Lha mentang-mentang dulu satu tempat pendidikan trus sekarang bisa masuk dalam kelompok kita tanpa ada saringan sama sekali” kata si Jambul sambil manyun-manyun mengekspresikan kesebalannya.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang….

------------

Yah begitulah Indonesia mungkin, dalam hati aku hanya bisa berbisik, tidak hanya ditempat kerja kalian kok, dimana-mana juga bisa saja terjadi hal semacam itu. Mungkin ini sudah tradisi hidup dan prinsip kebersamaan yang dipahami oleh masyarakat Indonesia.
Dan praktek-praktek semacam itu kan seaka-akan sudah menjadi legal saja, atau karena si pelaku nggak tahu malu. Karena aku rasa semua orang sekarang ini sudah paham tentang wacana-wacana kemerosotan martabat bangsa karena tingkah laku masyarakatnya dengan menjamurnya praktek-praktek nggak fair ini.

------------

Pasti semua tahu tentang nepotisme, kata yang berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya (Wikipedia)
Yup, NEPOTISME, bro…semua orang sudah memahaminya, dan sebenarnya hanya tinggal bagaimana diri kita bisa mencoba dari dalam diri untuk menghindarinya, memutus lintasan-lintasan pikiran yang menjurus ke nepotisme dan akhirnya bisa deh menghilangkan kultur yang nggak beres ini.

Satu hal lagi yang sebenarnya aneh, kadang-kadang praktek ini dilakukan secara serampangan, mending kalo yang jadi target nepotisme itu orang yang qualified dibidangnya, lha kenyataanya bisa berbalik 3240 derajat. Sembilan kali bolak-balik Alias O besar…..gak mutu blas.
Ah merepotkan saja.

------------

Ya itu tadi, layaknya teriak didalam laut kedalaman 100 meter, walaupun teriak sekeras mungkin ya nggak bakal kedengar, untung masih bisa teriak, lha bisa-bisa malah tenggelam dan hanyut nggak tersisa.

“Nggegrundel” aku cari di kamus bahasa jawa nggak ketemu artinya, cuman ak searching di google artinya bisa saja “ribut dibelakang (dalam hati saja)”.
Ya, itulah mungkin, karena kadang kala efek nepotisme dirasakan oleh orang-orang yang berada di sekitar objek nepotisme sehingga merekalah yang selalu rebut-ribut dibelakang, yah…hanya dibelakang….nggak punya power sich…
“Manyun..” :-(

Minggu, 19 September 2010

Moment setelah Ramadhan


Hingar-bingar perayaan lebaran, aku menyebutnya hingar bingar perayaan lebaran. Kadang melebihi apa yang seharusnya orang maknai sebagai lebaran itu sendiri. Terus terang aku sendiri sampai saat ini belum menemukan hakekat yang sebenarnya apa itu lebaran.
Apakah dalam Alquran menyampaikan, apakah Nabi mengajarkan, ataukah hanya sekedar kultur di Indonesia saja? Bagaimana dengan di Negara-negara lain, apakah juga sama dengan hingar-bingarnya seperti di Indonesia.
Memaknai yang berlebihan, kadangkala yang aku temui adalah dimana lebaran dijadikan saat2 penghabisan. Menghabiskan banyak dana untuk menyelenggarakannya, menghabiskan tenaga untuk menjangkaunya dan menghabiskan waktu untuk melakukannya.
Hingar bingar moment lebaran telah merenggut arti suci satu bula sebelumnya, bulan yang seharusnya kita lebih menghargai, bulan yang seharusnya digunakan sebagai saat-saat terpenting untuk menempa diri, memperbaiki diri kadang kita malah melewatkannya tanpa banyak arti.
Justru malah setelah bulan ramadhan berakhir, dengan segala pembelaan, dengan segala argument dengan mengatakan “merayakan kemenangan”…
Memang kita menang? Menang apa? Puasa saja bolong-bolong, apalagi sholat…bolong melompong!!!
Malam-malam ramadhan dilewatkan layaknya malam-malam biasanya, tidak berkesan sama sekali.
Tidak ada amalan tambahan yang dilakukan, yang ada adalah, menggosip tetap jalan, ucapan kasar masih terdengar, gunjingan, umpatan, emosi…
Nah, apakah kita masih layak dikatakan sebagai pemenang? Layakkan kita merayakan dengan hingar bingar habis-habisan?
Moment lebaran selalu diidentikkan dengan silaturahmi, sampe semua orang berebutan minta ijin, ambil jatah cuti untuk pergi bersilaturahmi ke sanak keluarga, atau hanya sekedar menikmati liburan bersama keluarga. Hingga akhirnya semua kantor yang memberikan pelayanan kepada publik kelabakan karena banyak staf yang ijin tidak masuk. Sedangkan pelayanan harus tetap jalan. Ujung-ujungnya ya staf yang tidak ambil cuti karena rumahnya jauh atau staf yang memiliki pemikiran pulang dilain waktulah yang menjadi korban. Kerja di forsir, dimampat-mampatkan, menurutku “dipaksakan”. Akhirnya…banyak karyawab dilemburkan dan akhir-akhir ini aku dengar lagi banyak yang sakit tuch…
Ya, Allah…sungguh hamba minta maaf dan berilah pencerahMu, andai saja memang moment lebaran ini harus dirayakan seperti saat ini, namun ya Allah…hamba merasa belum berani untuk mengatakan bahwa hamba seorang “pemenang”. Karena hamba sadar, masih banyak puasa hamba yang hanya menahan dahaga dan lapar saja, masih banyak kesempatan ibadah sunah yang terlewatkan dan lebih-lebih lagi…ibadah wajib hambapun masih ada yang bolong.
Ya Allah, hamba hanya memohong keridhoanMu supaya hama masih bisa dipertemukan dengan ramadhan tahun depan, masih bisa merasakan nikmatnya bulan penuh berkah bulan suci ramadhan.
Semoga ramadhan tahun ini, tidak mengalahkan keafdholan silaturahmi hamba pada kedua orang tua hamba walaupun hanya bisa bertutur sapa melalui pesawat telpon.

Sabtu, 18 September 2010

Suara Ibu


“Tut…….tut…….” bunyi nada sambung tanpa NSP no telp yang aku hubungi, sebentar kemudian diangkat dan…
“Assalamu’allaikum…”sebuah suara yang sangat aku kenal menyapa dari sebrang dengan empuknya
“Waalaikum salam, kepripun kabare?” jawabku..terasa nyes….hati ini , setelah mendengar suara yang begitu ampuh membuat rasa tenang menjalari perasaanku.
“Alhamdulillah yo apek-apek wae, kowe priye kabare sayang?” suaranya semakin renyah dan menenangkan.
………………
Pagi itu, aku sudah di tempat kerja seperti biasa, sudah melakukan serah terima pekerjaan dengan teman, lengkap tak ada yang tertinggal. Tinggal aku meneruskan dan mengkonfirmasi beberapa hal yang perlu ada perubahan atau ada instruksi tambahan.
Namun begitu berat kaki ini melangkah untuk memulai, pikiranku berat, semangatku seakan hilang. Duduk didepan monitor liat casenote yang kadang membingungkan semakin puyeng pikiran ini, harus memulai dari mana.
Akhirnya aku putuskan untuk sebentar ke pantry, mengambil minum dan mencoba menghubungi sebuah no penting. Yah..no hp itu begitu penting.
Yup, hanya sebentar saja, tak lebih dari 5 menit, hanya Tanya kabar dan bilang kalau lagi kerja jaga pagi, saling mendoakan buat kesehatan dan kelancaran. Sudah..cukup. Itu saja.
Tak terasa begitu ampuhnya suaranya, begitu ampuh mekanisme ini aku lakukan, tak terasa langkah ini begitu ringan, dan lintasan-lintasan kerangka kerja untuk hari ini terlihat jelas.
Yup, dengan mendengar suaranya saja aku sudah begitu bahagia, suara yang seakan memiliki daya pengobatan yang ampuh.
………..
Itulah episode saat-saat aku kacau, saat aku hilang motivasi, tidak mampu berfikir sehat dan tidak mampu melakukan hal-hal positive, hanya dengan menekan no telp 08134901xxxx yang pasti akan segera diangkatnya. Mampu merubah suasana hati, yang sebelumny terasa hampa dan seperti tak ada kendali, setelah mendengar suara dan obrolan-obrolan ringan sebentar saja telah meluluhkan segenap beban yang terasa selama ini semakin menggunung.
…………..
Begitulah, hanya suaranya dan kadang-kadang fotonyalah yang selama 4 tahun ini telah mengobati rinduku padanya.

Shift 12 Jam


Hari ini seperti hari-hari biasanya, aku kerja shift 12 jam. Dari pada di kost2an sendiri, panas, dan tidak ada yang diajak ngobrol. Secara temen2 kostku semua kerjanya pagi sampe malam. Dengan kerja shift 12 jam, berangkat pagi jam 6 (udara masih seger, jalan kaki dari kost sampe tempat kerja nambah asupan oksigen..) dan pulang ntar jam 8. Itu kalau pas dapet shift pagi (roster 10), nah kalo dapetnya roster 11 (shift malam). Aku berangkat jam 18.00 habis sholat maghrib n pulangnya tentu pagi jam 9an gitu nyampe kost.
Dengan shift 12 jam benar2 bisa aku manfaatkan saat-saat di tempat kerja dengan baik, bisa ngadem, banyak temen diajak ngobrol sambil kerja, banyak cerita dan kadang nggosip juga yang bisa mengurangi stress.
Banyak yang bilang kerja 12 jam pasti capek, mungkin memang awal2nya sebelum beradaptasi terasa panjang kerjanya, namun lama kelamaan insyaAllah dan Alhamdulillah aku bisa menikmatinya, sungguh menikmati.
Bukan hanya materi yang didapatkan lebih, namun ya itu tadi, kesempatan bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Ya, dulu waktu aku kerja 3 shift, pulang kerja dinas pagi jam 14.00 nyampe kost langsung tidur mpe malam, malamnya…tidur lagi. Sungguh nggak manfaat banget kan?
Sekarang, dengan kerja 12 jam (2 shift saja) aku bisa lebih memanfaatkan waktu. Mungkin lebih tepatnya membuang waktu yang mendatangkan manfaat. Hehehehe…
Ya, mungkin karena aku masih sendiri dan masih muda (cie…masih muda, padahal dah berumur puluhan tahun..dah uzur neh!!) sehingga aku bisa nyaman-nyaman saja dengan pola kerja seperti sekarang ini.
Hal ini mungkin akan lain bagi temen-temenku yang sudah banyak urusan (berkeluarga-red), yang tentunya sudah banyak urusan pribadi yang harus diselesaikan.
Satu hal lagi yang lebih memberikan ilmu tambahan, dengan kerja 12 jam. Kebetulan hanya 3 orang saja, pas banget pengaturan jadwalnya satu orang pagi (07.00 s/d 19.00) satu lagi malam (19.00 s/d 07.00) dan satunya libur. Nah dengan begitu, kami bertiga kompak, dapet pembagian kerja ya itu-itu terus (pasien yang sama) sehingga bisa mencoba menerapkan primary nurse. Hehehe.. sampe hapal tetek bengek tentang pasien, dan dengan mudah bisa terdeteksi atau bisa diperbaiki apabila ada yang kurang-kurang sedikit.
Satu hal yang aku lupakan selama ini, yaitu olah raga. Waduh…aku jarang banget nich olah raga. Dari dulu kecil mpe sekarang kenapa ya aku males2an olah raga? Dulu waktu kerja 3 shift saja banyak waktu terbuang sia-sia dengan tidur dan tidak olah raga, apalagi sekarang yang kerja 2 shift semakin deh aku gak sempat buat olah raga.
Paling banter ya itu, jalan kaki sepanjang dari kost sampe tempat kerja buat mengisi kekosongan olah raga..semoga besok-besok aku diberikan kekuatan hati buat berolah raga…Niat sich selalu ada, cumin penyakit males dah lebih mendominasi keinginan itu. Amin..
Nah, beberapa hal yang harus diperhatikan saat kerja shift 12 jam tentunya adalah focus dan focus. TIdak dipungkiri saat kerjaan banyak dan tenaga kerja yang tersedia terbatas, kerja 12 jam bikin kaki pegel (secara kerjanya kan “angkat-angkat” kata temenku lho..heheh), badan lemes, pikiran kadang kacau (apalagi pas banyak instruksi….nah kerjanya keliatan banget nich, pas hanya kerja berdasarkan instruksi, gak ada kreatifitasnya sama sekali. Hehehehe..gak boleh tuch kayak gitu!!).
Dengan kerja focus, konsentrasi dan tenang insyaAllah bisa menghindari human error. Karena berdasarkan penelitian, human error sebagian besar disebabkan oleh kelalahan/ kecapean, selain juga oleh factor kecerobohan personal.
So, keep spirit, lets do the best..avoid human error and promote patient safety…

Selasa, 14 September 2010

Kerja Shift..


“Selamat pagi…” sapa temenku, sambil cengar cengir karena datang telat saat serah terima dinas malam ke dinas pagi sudah dimulai 30 menit yang lalu.
“Pagi…” serentak kami menjawab salam temenku tersebut, cuek.
“Memangnya kamu masuk pagi” Tanya coordinator ruangan yang saat itu sedang memegang manual roster.
Jiah….salah jadwal!!!
Seringkali hal seperti ini terjadi bagi temen2 yang ceroboh tidak memperhatikan jadwal sehari sebelumnya atau saat lepas n akan libur. Kejadian yang kadangkala membuat BT karena dah jauh2 datang buat kerja malah salah jadwal, apalagi temenku itu dah telat, dating lari2, mengejar kereta pagi, sampe tempat kerja malah salah jadwal…sial…pikirnya.
YUps, aku kerja shift disebuah tempat kerja yang membuat jadwal secara roster, dimana dibikin komputerize sesuai pola, sehingga pola jadwal ya sama2 terus.
Bagi yang kerjanya 3 shift, roster kerjanya 2 pagi, 2 sore, 2 malam trus lepas libur, pagi 7 jam, sore 7 jam dan malamnya yang 10 jam.
Nah bagi aku dan temen2 yang kerjanya 2 shift 2 pagi, 2 malam n lepas libur. Masing-masing 12 jam kerja.
Walaupun jadwal di bikin roster komputerize, namun karena kadang2 ada yang membutuhkan ijin atau sakit, maka kadangkala ada jadwal yang dibuat manuat, dengan artian tidak sesuai pola untuk beberapa hari yang tentunya akan merubah pola2 jadwal staf yang lain. Hal inilah yang kadangkala ketika seseorang kurang aware dengan perubahan atau pola yang beda menjadi salah jadwal.
Kerja shift membutuhkan extra hati2 dalam menyeimbangkan asupan gizi pada makanan dan extra menjaga kesehatan, karena kerja shift telah merombak kondisi normal metabolisme tubuh dan system biologis tubuh.
Sebagai contohnya, ketika shift malam. Tengah malam jam 12 malam dimana kebanyakan orang sedang beristirahat melepas lelah seharian kerja, dimana system pencernaan juga harus istirahat, namun kami yang shift malam, jadwal makan ya jam-jam tersebut.
Tidak dipungkiri lagi memang kerja shift telah benar2 merombak system biologis yang kadang2 serampangan dan tidak teratur. Jadi extra hati2 dalam menjaga kesehatan adalah hal terpenting agar tetap fit dan memiliki produktivitas kerja yang handal.
Namun subhanallah, Allah telah menyempurnakan tubuh manusia dengan segala aspeknya, termasuk didalamnya adalah mekanisme koping secara fisik maupun psikis.
Alhamdilillah, tubuh manusia telah disetting sedemikian rupa oleh Sang Kreator, agar mudah beradaptasi, mudah menyesuaikan kondisi disekitarnya.
Nah, bagi aku. Kerja shift bukan suatu hal yang mengancam kesehatan atau bahkan mengancam jiwa. Kerja shift telah memberikan aku saat2 yang asyik buat bangun siang (hobbyku…) bayangkan saja jika aku harus kerja tiap hari dan harus bangun pagi2…uh…pasti membosankan
Trus kerja shift juga telah membuat aku mengatur jadwal ketika banyak orang sedang sibuk kerja aku bias belanja dengan leluasa di weekday, atau jadwal nonton bioskop di weekday saat harga tiket murah dan tidak banyak antrian.
Kerja shift juga yang dengan fleksible aku bias menyesuaikan jadwal ketika aku ada keperluan mendadak atau tukeran dinas dengan teman ketika ada jadwal show mendadak….hehehehe…misalnya.. 
Jadi, agar tubuh tidak semakin stress dengan kondisi kerja shift, let’s enjoy our roster, jangan biarkan pikiran tambah tertekan yang akan semakin menyiksa batin dan tubuh kita.

Bangun Siang


"Ups…jam 7.30 pagi, ah masih terlalu pagi buat bangun…" pikirku. Dan akupun menarik selimut lagi, atau sekedar bangun trus minum air putih selanjutnya menenggelamkan kepalaku diantara bantal2ku. Zzzzzzzz.....
Bangun siang adalah salah satu hobbyku. Bagi sebagian orang, mungkin bangun siang mengindikasikan bahwa orang tersebut pemalas atau memang pengangguran.
Bangun siang ternyata tidak hanya dilakukan oleh orang2 yang malas atau pengangguran, tetapi bias saja dilakukan karena orang tersebut kerjanya sampe dini hari, atau memang mereka kerja masuk siang atau sore, jadi bangun pagi2 kalau tidak ada kebutuhan ya tidak dilakukan
Buat aku, bangun siang adalah refresing tersendiri, bangun siang tidak aku lakukan tiap hari, tetapi aku punya jadwal tersendiri buat bangun siang.
Pertama, pas libur habis lepas malam. Hari apapun juga, liburan adalah penting bagi hari2ku yang kerjanya shift, jadi bangun siang aku anggap sebagai refreshing tersendiri.
Kedua, pas habis shift pagi n mau naik malam, aku pasti bangun siang. Hari apapun juga.
Cukup 2 hari saja dalam satu minggu aku gunakan sebagai kesempatan menyalurkan hobbyku bangun siang.
Sebenarnya tidak murni bangun siang sich, ya karena pasti pagi2 aku paksain buat bangun buat sholat subuh. Trus setelahny langsung dech molor lagi mpe dhuhur..kalau gak kelaparan, dan bangun hanya buat cari makan di warung depan.
Aku anggap ini sah2 saja, tidak menyalahi aturan, n gak ada yang dirugikan dengan kelakukan bangun siangku ini.
Namun demikian, ada beberapa waktu dimana aku harus extra kerja keras buat bangun pagi, kerja pagi mpe malam. Nah aku piker, dua hari tersebut bias jadi pembalasan. Heheheehe
Bila diliat dari manfaat dan mudhorotnya mungkin bagi aku saat ini seimbang, secara aku masih sendiri n sepenuhnya aku mengurus sendiri segala macam tetek bengek kehidupan aku.
Satu hal yang aku pertimbangkan adalah, aku perlu sekali-sekali, yah maksimal ya 2 kali seminggu itu buat aku memanjakan tubuh dan pikiranku buat bermalas-malas bangun n doing nothing…bener2 doing nothing…
Konsekuensi yang harus aku terima dan aku lakukan adalah, extra keras mengatur waktu kapan aku belajar, baca buku, nyuci, belanja, merapikan kamar, dan kapan aku ngaji…ah..ngajiku bolong2…hehehe
Nah, menurutku setiap diri kita berhak mengatur akan seperti apa kita dan akan dibawa kemana hidup ini. Karena diri kitalah yang harus merubah dan mewarnai putihnya hidup ini.
Seperti juga aku, biarkan aku mewarnai hidupku dengan tinta dan jiwa seniku sendiri, tanpa ada paksaan, tekanan, dan harapan2 orang lain yang kadang gak jelas.

Sabtu, 02 Januari 2010

Kisah...


Jangan pernah berfikir untuk tidak melakukan sesuatu karena semua yang kamu lakukan adalah sia2, setidaknya apa yang kamu lakukan adalah memiliki nilai buat diri kamu sendiri.
Kadang aku berfikir kenapa semua manusia pengennya selalu melakukan sesuatu yang berarti, sesuatu yang berharga, bernilai. Kenapa tidak berfikir untuk melakukan sesuatu yang kadang di bilang "gomik", dibilang aneh, di bilang gak "njamani"...atau di bilang neko-neko.
Sesaat memikirkan apa yang telah aku lakukan selama ini, setidaknya apa yang aku lakukan tidaklah semua bernilai dan berarti buat aku, aku kadang bahkan sering melakukan hal-hal bodoh, entah diluar keinginan atau aku sengaja dan aku sadari.
Setidaknya apa yang aku lakukan tidak merugikan dan mencelakakan orang lain...

Jumat, 01 Januari 2010

Aku terlambat....


Terlambat tahu, terlambat menyadari atau memang tidak perduli? ah...biarlah mereka berkata apa, biarlah mereka bergunjing...aku tak perduli!!!
Aku telah terlambar? atau memang aku sengaja melambatkan diri? ah...biarlah apa kata mereka, biarlah apa yang mereka persepsikan...aku tak perduli!!!

Teruntuk siapa-siap saja yang merasa terlambat, gak selalu terlambat berarti jelak kok, boleh jadi keterlambatanmu memang untuk menunda kepuasa, keterlambatanmu pasti beralasan....ya kan?
Untuk kita-kita yang terlambat menyadari....(terlambat apa saja...) gak perlu khawatir, santai, enjoy...pasti Tuhan punya rencana buat kita.
Buat yang ngerasa sengaja menterlambatkan diri, gak usahlah ngerasa bersalah gitu, gak usahlah ngerasa minder....happy2 saja...
Terakhir untuk orang-orang yang yang sok perduli dengan menanyakan keterlambatan kita....APA URUSAN LOE!!

Menarilah semau kamu....


Menari aku menari menyiangi hari-hari, bergulat dengan deru kehidupan yang semakin jauh kulupakan arahku.
Mungkin banyak yang mengatakan bahwa tak baik menyesali apa yang telah kita lakukan, namun menurutku membuat sebuah akhir yang yang manis dengan awal penyesalan adalah hal yang terindah dari sebuah proses kemenangan.
Kini seakan aku tak mampu lagi berucap kenapa, tak mampu lagu ku bealasan..bukan aku kehabisan kata, namun aku benar-benar tak tahu karena semua telah terjadi.