Jumat, 15 Februari 2013

Traveling Addictive 5 - Hostel

Mengawali menyalurkan keinginan terpendam untuk jalan-jalan ke LN akhirnya terwujud juga setelah kesempatan sekolah yang aku dapatkan di Eropa ini. Perjalanan liburan tahun baru selama 2 minggu kemarin (2012) saya lakukan ke 3 negara, belanda-belgia-paris. Selama 12 hari, saya habiskan waktu keliling menyambangi kota-kota di 3 negara tersebut. Karena ini pertama kalinya mencoba ber-traveling, persiapan sebisa saya lakukan sematang mungkin, persiapan baik rencana perjalanan, tempat-tempat yang akan di kunjungi, penginapan, transportasi yang di gunakan, saya susun sedemikian rupa supaya mempermudah perjalanan ini.
Urusan penginapan menjadi hal yang sangat penting saya persiapkan jauh-jauh hari karena mengingat liburan akhir tahun ini kata temen-temen kadang pihak hostel menaikkan harga untuk mendongkrak pendapatan. Akhirnya aku booking hotel jauh-jauh hari sebelumnya. Berbekal informasi dari beberapa teman yang sudah melakukan perjalanan sebelumnya, akhirnya aku diberikan website yang katanya kalau beruntung bisa mendapatkan hotel yang murah tapi bagus.
Booking.com dan hostelword.com saya ublek-ublek sampai mata pedes…disana tersedia informasi banyak penginapan yang ditawarkan. Mulai dari yang kelas atas hingga kelas bawah. Semua lengkap dengan informasi nama hostel, alamat, petunjuk arah, peta lokasi, fasilitas yang ditawarkan hingga foto-foto ruangan didalam hotel maupun hostel tersebut.
Kebetulan perjalanan kali ini saya lakukan bersama dua orang teman lainnya, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Akhirnya saya putuskan untuk membooking hostel-hostel yang menyediakan kamar mix dormitory. Mix disini berarti didalamnya boleh cowok maupun cewek, bebas. Hal ini saya lakukan juga karena setelah mempertimbangkan harga, ternyata hostel dormotiry jatuhnya lebih murah dibandingkan yang lain.
Melakukan booking yang hanya melihat pemaparan via tulisan dan gambar-gambar di internet serta kadang sedikit tanya jawab via email ke pengelola hostel, menjadikan seperti membeli kucing dalam karung. Ada harap-harap cemas semoga hostel yang di booking memang memiliki fasilitas sebagus yang di paparkan dan ditunjukkan di gambar-gambar tersebut.
Berbekal print-print’an tanda booking yang disitu tercantum nama siapa yang booking, fee tanda jadi dan besaran sisa euro yang harus dibayar serta direction bagaimana menuju ke hostel tersebut. Misalnya, dari setasiun central A kemudian kamu naek metro subway jalur C, turun di stasiun B, keluar ganti bus no 26, turun di halte D, jalan lurus kearak gedung tertinggi di kanan jalan, maka anda akan menemukan hostel X dibelakang gedung tersebut. Seperti itu barangkali salah satu contoh petunjuk yang mereka berikan. Dan kadangkala mereka (pihak pengelola hostel) juga memberikan beberapa alternative lain.
Dalam hal petunjuk arah ini, sebaiknya di ikuti saja baik-baik, karena saya punya pengalaman tidak mengikuti petunjuk arah yang ternyata jalannya jadi jauh. Ceritanya seorang temen memiliki gadget apple yang sudah di install aplikasi GPS, jadi bisa mendeteksi keberadaan dan arah hostel, jadilah kemudian kami tidak memperdulikan petunjuka arah dari hostel yang diberikan, namun kami memberikan tanda pada hostel yang kami temukan di GPS tersebut dan mengikuti jalan yang kami tentukan sendiri. Sampai di hostel sich hostel yang bener, namun jauhnya itu gak ketulungan….hehehe alias muter-muter gak jelas gitu, padahal dengan bawaan tas ransel ala backpaker’an yang Gedhe dan berat….
Selama 12 hari perjalanan saya, setidaknya ada 9 hostel dan 2 hotel saya inapin. Dari 11 tempat penginapan tersebut harganya bermacam-macam, dari 19 – 34 euro. Dan semuanya memiliki cirri khas dan kelebihan disamping kekurangannya masing-masing. Ada hostel yang di belanda (Amsterdam), harganya cukup terjangkau, 19,5 euro. Di daerah Slotermeerlaan 131, Amsterdam, Netherlands, namane hotel slotania. Di hostel ini banyak sekali menyediakan sarapan paginya, banyak pilihan roti, dan aneka macam selai, jus buah, telur, daging-dagingan, dan susu. Pikirku karena aku gak ngambil daging, akupun ngambil telur 4 dan roti, susu, serta jus buah. Itung-itung gak mau rugi, jadi sarapan pagi benar-benar kenyang telur. Hehehehe. Eh lihat temenku, ternyata dia makan telur 5 butir… jadi, gak nyesel dech di hostel ini. Selain menu makan tersebut, hostel ini kamarnya bersih dan sudah lengkap segala macam handuk, kamar mandi didalam, sprei, sudah tertata rapi siap pakai.
Lanjut ke kota lain masih dibelanda (Utrecht) walaupun harganya 20 euro/kepala/malam, ternyata hostelnya jauh banget dengan hotel/hostel yang pertama. Ini benar-benar hostel. Dengan 14 tempat tidur, dalam satu mix dormotiry, kasihan juga lihat temenku yang perempuan, namun bodo amat, dia bilang enjoy-enjoy saja, karena sudah terlanjur, apa mau dikata. Kelebihan di hostel ini kami diberikan menu makan pagi, makan siang masak sendiri, dan makan malam juga disediakan, namun masak sendiri. Akhirnya, berbekal kemampuan masak-masak di asrama Portugal, akhirnya kamipun tidak mau rugi, masak-masak besar kami lakukan, dan makan sepuasnya. Masak nasi, goreng telur, bahkan kami bela-belain belanja sayur di supermarket hanya demi ngirit gak keluar duit buat jajan di warung makan. Hehehe. Walaupun temenku bilang, kamarnya kayak penjara namun dengan adanya fasilitas makan-makan sepuasnya masak sendiri ini kami menilainya sangat menguntungkan.
Berbekal pengalaman dengan dua hostel tadi, ternyata apa yang aku rasakan booking hostel seperti membeli kucing dalam karung itu benar adanya, saat akan pindah ke hostel berikutnya, hati ini penuh tanya. Seperti apa gerangan hostel yang akan kami inapin malam ini, baguskah? Nyamankah? Hangatkah? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Jadi, setelah sampai di hostel yang di tuju barulah kami biasanya akan merasa tenang dan bisa membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Bahkan berkali-kali kami tertawa bersama di dalam kamar ketika menemukan hostel yang benar-benar jadulm engap, bau, tanpa spei, selimut buluk dan kamar mandi sharing di luar. Padahal ini jelas-jelas hostel yang direkomendasikan oleh seorang kawan. Alhamdulilahnya, disebelah hostel ini ada toko halal. Jadi mungkin itu nilai lebihnya.
Hotel yang paling mahal kami inapin kemarin adalah di Paris, memang hotel walaupun bintang 3. Dengan 3 tempat tidur, didalamnya, jalan kaki 15 menit ke Eiffel namun harganya 34 euro, tanpa sarapan pagi. Harga yang pantas, karena kami bisa menikmati menara Eiffel dari dekat.
Sehari sebelum hari terakhir perjalanan, seorang teman yang bertanggung jawab di paris, sudah membooking hotel yang memiliki fasilitas laundry, ide yang bagus dan sangat membantu. Jadi, kami semalaman setelah lelah jalan-jalan kegiatannya ada mencuci baju-baju kotor yang sejak berhari-hari kami tumpuk dan simpan di tas ransel, hanya butuh tak lebih dari 60 menit, pakaian sudah kering dan wangi. Bahkan seorang teman sempat-sempatnya menyetrika juga.
Jadi, intinya…ketika jalan-jalan kemarin, booking hostel/hotel sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari, mencarilah hostel yang memberikan penjelasan maksimal, karena mereka pasti tidak akan bohong dengan penjelasannya. Selain itu, pengalaman saya menunjukkan bahwa sebaiknya carilah hostel yang sudah berstandar “Hosteling Internasional” mungkin ini standarisasi untuk hostel-hostel di seluruh dunia, karena dengan begitu, hostelnya tidak abal-abal seperti yang kami temukan di hari terakhir di Paris. Setiap hostel memiliki cirikhas, kelebihan dan kekurangannya masing-masing, namun penginapan hanya sebatas tempat tidur sejenak melepas penat. Selebihnya kan jalan-jalannya.
Jadi enjoy saja…!!!