Kamis, 04 November 2010

Supervisor yang ngak Super Vision


Super Vision, aku definisikan sebagai sebuah penglihatan yang cermat, kritis, cerdas dan membangun. Dengan kekuatan melihatnya dia menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, menjadikan sesuatu menjadi lebih sempurna dan berjalan sebagaimana mestinya.

Super Vision, aku definisikan sebagai sebuah pikiran kedepan yang luar biasa, pandangan-pandangan dan perhatiannya akan difokuskan bagi keberhasilan dikemudian hari yang sempurna.

Yah, itulah Sang Super Vision aku definisikan.

Super Vision aku syaratkan jika seseorang akan menjadi supervisor. Dimana dia sudah benar-benar memahami apa yang dinamakan Tridarma Supervisor yaitu :
1.Mengelola Diri Sendiri,
2.Mengelola Pekerjaan, serta
3.Mengelola Bawahan

Nah, itu hanyalah persepsiku mengenai supervisor dan berdasarkan teoritis saja, karena apa yang aku temukan adalah sangat bertolak belakang.

Aku mengidealkan seorang supervisor itu ya akan mendampingi bawahanya dalam menjalankan aktivitas kerjanya, sehingga hasil yang dicapai bisa lebih dari yang diharapkan. Supervisor ya harus mengetahui detail apa yang dilakukan oleh bawahannya, memahami seluk beluk dan langkah-langkah praktis untuk mendapatkan hasil gemilang.

Selain itu, aku mengimpilan seorang supervisor tuch ya bisa membimbing disaat bawahannya bekerja untuk menghindari kesalahan baik karena kelalaian maupun karena prosedur yang tidak berdasarkan standar.

Dari situs yang secara intens membahas mengenai Supervisor ada empat “K” (4K) sebagai syarat menjadi supervisor yang ideal, yaitu karakter, koperative, kompeten dan komunikative.

Cocok banget dengan apa yang aku bayangkan dan aku persepsikan selayaknya seorang supervisor itu. Karena supervisor tidak hanya datang disaat bawahan melakukan kesalahan saja, menghakimi dan tanpa pembelaan.

Supervisor seharusnya akan lebih disalahkan jika bawahan melakukan kesalahan, karena seharunysa seorang supervisorlah yang merumuskan kerangka kerja dan standar prosedur kerja yang diakui.

Supervisor bukan hanya berlaku seakan-akan mendapatkan posisi amannya saja, namun supervisor bersama-sama dengan bawahan harus seiya sekata.

Begitulah jika supervisor yang nggak ber-vision lagi karena sudah dibutakan oleh posisi aman. Lupa akan tupoksi (tugas pokok dan fungsi)-nya.

Tidak ada komentar: