Rabu, 07 November 2012

Kuliahku dulu dan sekarang…

Yang ada dalam bayangan adalah perkuliahan seperti saat dulu di bangku s1, datang, mendengarkan dosen ngomong, tanya jawab kalau ada waktu, atau karena mahasiswanya begitu banyak jadi aku bisa tidur2an di bangku paling belakang, nitip absen, dll. Namun katanya sekarang sistemnya sudah berubah. Mahasiswa lebih diarahkan untuk belajar mandiri, dosen hanya memberikan supervisi dan bimbingan saja. Semoga sebuah kemajuan dan dilaksanakan dengan baik.
Perkuliahan memang membutuhkan banyak konsentrasi dan pemikiran tingkat tinggi (bahasaku agak di lebay2-kan!), karena kalau hanya dilakukan dengan sambil lalu tentunya hanya menghasilkan sisa buangan tanpa ada yang mengendap untuk disintesis suatu hari nantinya.
Dulu waktu kuliah s1, banyak dijejali tugas2 dan banyaknya perkuliahan kelas membuatku hanya berkutat di kost2an, kampus, masjid (kadang2), dan organisasi kecil2an (maklum…gak lihai dalam dunia persilatan organisasi intra atau ekstra kampus!). Selebihnya digunakan untuk mencari hiburan seadanya, belajar seadanya, dan mengaji bersama (seadanya gak ya??? Gak lah…).
Itu sudah berlalu enam atau tujuh tahun lalu, dan kini ketika aku memutuskan lagi untuk melangkah ke dunia pendidikan, menjadi mahasiswa lagi, ada sebersit rasa berat untuk melangkah. Ketika terbayang nantinya akan dibebani banyak tugas, akan di berikan ceramah-ceramah dikelas (yang selalu membuatku ngantuk!), dan hal2 formalitas sekolah lainnya.
Masa-masa kebebasanku ketika bekerja aku rasakan berlalu begitu cepatnya, bangun pagi, sarapan, kerja, pulang, tidur, bangun dan kerja lagi. Begitulah rutinitas sebagai pekerja, tanpa ada beban belajar, beban mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Sebuah zona nyaman kurasakan….
Keputusan yang aku ambil, bukan sebuah jalan yang salah. Keluar dari zona nyaman sudah di publikasikan sebagai langkah terbaik untuk mencapai cita-cita dan keinginan. Namun bayangan akan sebuah rutinitas tulis menulis, membuat makalah, presentasi dan lain sebagainya seakan kembali menggelayuti kakiku untuk melangkah. Apalagi ketika sharing dengan seorang teman yang baru lulus ambil s2 (master) di Australia yang katanya s2 disana kreditnya sebanyak 72 kredit sudah bikin kelabakan dan berpusing-pusing ria. Nah programku, sama2 s2, sama2 satu setengah tahun…lha kok bebannya 90 kredit! Cukup berat kata temenku.
Sekiyan lama berkutat di dunia pekerjaan, sudah tidak pernah lagi memikirkan yang namanya methodology penelitian, aturan2 baku penulisan ilmiah dan proses-proses pembuatan laporan yang lain. Sungguh sulit diawal-awal ketika otak ini terbiasa dengan kenyamannya, kemudian dipompa lagi untuk berusaha berfikir dan menganalisa. Bismillah….pasti bisa.
Kembali ke system pendidikan yang dulu aku alami dan sekarang aku jalani. Ternyata tidak sepenuhnya seperti yang aku bayangkan. Tugas-tugas memang banyak, ada ceramah dikelas, diskusi dan belajar mandiri. Dari 90 beban kredit yang harus dicapai, prosentase terbanyak adalah belajar mandiri. Mungkin begitulah esensi yang ada, mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan lebih focus.
Bicara lain mengenai mahasiswa di sini, sejauh pengamatanku mereka memiliki pola belajar yang tidak sama dengan mahasiswa Indonesia. Walaupun mengenai belajar kuliah, dikelas, tugas-tugas hampir sama. Namun yang aku soroti disini adalah kegiatan keorganisasian atau ekstrakulikuler yang mereka punya.
Kebetulan aku diasrama sekamar dengan seorang mahasiswa S1 pertanian asal afrika, aku bisa mengamati kebiasaan dia sehari-hari dalam perkuliahaannya. Kebiasaan party dan mengadakan kegiatan dimalam hari sampai pulang larut adalah rutinitas mereka. Pulang dini hari, jam 3 atau 5 pagi. Ketika aku bangun untuk sholat, mereka datang langsung tidur dan bangun lagi jam 9 atau 10, langsung berangkat kuliah. Kok gak ngantuk ya?? Ternyata mereka rajin kuliah, kalau telat bakalan lari-lari menuju kampus, walaupun kadang tidak mandi, namun mereka pasti berusaha datang ke kampus. Terus kapan mereka belajarnya? Mereka kalau belajar ya benar-benar belajar, masih menceritakan teman sekamarku. Walaupun kegiatan party pulang larut atau bahkan kadang tidak pulang berhari-hari. Namun kalau dia lagi belajar, dia akan dikamar, membaca, konsentrasi dan selanjutnya ya pergi lagi!!
Kultur perkuliahan di Indonesia memang beda karena adat istiadat dan agama mengajarkan hal yang berbeda. Menjadi mahasiswa internasional membawaku menjadi lebih tahu pola hidup, kebiasaan, dan perspective lain mengenai pendidikan dari multicultural ini.

Tidak ada komentar: