Sabtu, 03 November 2012

Kendala Bahasa Lokal…

Tinggal di benua Eropa yang setiap Negara memiliki bahasa masing-masing walaupun bahasa inggris tetap digunakan sebagai bahasa internasional, namun kadang kala mereka enggan atau tidak mau menggunakan bahasa tersebut atau beberapa memang tidak bisa. Diantara mereka yang jading berbahasa inggris atau bahkan tidak bisa adalah para penjual/pedagang dipasar, penjaga supermarket dan beberapa supir taxi. Awal-awal tinggal di Portugal, ketika bekal bahasa asing yang aku punya hanya bahasa inggris, dan tidak tahu sama sekali mengenai bahasa Portugal. Beberapa kelucuan dan kendala bahasa kurasakan.
Pada dasarnya memang aku susah untuk mengingat kata/bahasa baru, sehingga sangat tidak mudah untuk menghapal vocabulary baru yang diajarkan di kelas bahasa Portugis. Kelas bahasa yang hanya dua minggu kurasakan hanya sebagai hiburan saja, tidak ada yang nyantol sedikitpun, kalau disuruh mengingat, aku ingat apa yang sudah diajarkan, namun aku lupa sama sekali apa isi pelajarannya karena tidak bisa mengulang apa yang diajarkan alias lupa kata-katanya. Misalnya diajarkan bagaimana menanyakan tempat tujuan, menanyakan waktu, berkenalan, memperkenalkan diri, saat belanja, saat di rumah sakit, dan beberapa kata simple lainnya. Jadi, ketika kelas bahasa portugis selesai, yang aku ingat hanya ucapan selamat pagi, selamat siang, selamat malam, apa kabar, permisi, dan…itu saja kayaknya.
Tidak mengherankan jika selama awal-awal tinggal di Portugal dimana beberapa warganya susah dan tidak mau menggunakan bahasa inggris menjadikanku sedikit mengalami kendala yang lucu. Sebenarnya orang-orangnya sangat ramah dan sangat membantu, namun ketika perbedaan bahasa tidak ada jalan keluar, maka pesan yang disampaikan kadang putus ditengah jalan, dan kelucuanpun terjadi.
Pertama datang, aku bersama teman naik taxi berdua. Kami sampaikan tujuan kami dengan menunjukkan tulisan dibuku catatan kecil dan spir taxipun menganggukkan kepala. Setelah berjalan beberapa lama dan sampailah pusat kota, temenku bilang “kayaknya aku turun disini saja dech, asramaku deket2 sini” dan akupun bilang ke sopir taxi…”stop…stop….” Dan sopir taxipun menghentikan laju mobilnya, namun dia langsung memberondong pertanyaan dalam bahasa portugis yang kami berdua tidak tahu artinya, kami berusaha ngomong dalam bahasa inggris tidak di pahami, apalagi ngomong dalam bahasa Indonesia…hihihi….
Setelah bersitegang lama, akhirnya aku baru tahu permasalahannya. Di portugis tidak biasa mungkin menghentikan seseorang sebelum tujuannya dan mengantarkan orang lainnya ketujuan aslinya. Aku mencoba menangkap ekspresi si sopir, mungkin dia bilang “ Lho…tadi kan tujuan kita ke residence A, kok baru di pusat kota sudah turun? Jadi mau bayar bagaimana?” dan ketika temenku turun. Si sopir mungkin bilang, “Bukan..ini bukan Residence A, kamu salah…kita masih jauh….” Dengan sisa tenagaku, aku mencoba bilang, “iya….kita ke residence A, dia turun disini karena dia tinggal disekitar sini….” Dan aku bilang “aku akan membayar semuanya..” baru dech tuch sopir berjalan, dan sebelumnya mencatat jumlah argo yang sudah keburu dimatikan olehnya. “jadi double bayar nech gwe….” Nasib….
Kejadian kedua adalah ketika belanja di supermarket, karena pada minggu-minggu pertama aku belum menemukan makanan halal. Jadinya tiap hari ya makan ikan. Pada suatu hari, kami mencoba mencari selingan. Udang atau yang lainnya. Karena penjaganya tokonya tidak bisa berbahasa inggris, jadinya kami menggunakan bahasa tubuh untuk menjelaskan apa yang kami cari. Pada awalnya kami menanyakan sesuatu, dia tidak mudeng, kami pake bahasa isyarat kalau kami mencari cumi-cumi, sama saja malah kami jadi tertawa terpingkal-pingkal karena temenku memperagakan cumi-cumi sambil gerak-gerak gitu….dan penjaganya tidak mudeng juga. Ach….lama-lama jadi gila juga nech…akhirnya kami nyerah dan beli Salmon saja…
Lama-lama aku mencoba mengamati ketika orang-orang portugis sedang berbicara, lawan biacaranya bisanya akan menjawab “(sim) Sing…atau (Nao) Naong..” dengan suara agak-agak sengau dari hidung, atau “Ta Ben….” Masih dengan suara sengau… dan akupun mempraktekkannya. Aku tahu arti “sim (sing)” itu iya, dan Nao (Naong…)” itu tidak. Jadi ketika petugas asrama mendekatiku ketika pagi-pagi aku sedang masak dan mengajakku berbicara dalam bahasa portugis, akupun cukup jawab, sing….atau naong….dan ta beng…. Dan pada awalnya membantu. Sepertinya tuch penjaga asrama seneng, melihat aku memahami apa yang dia bicarakan. Namun, pada dilama-lama kenapa dia jadi tampak marah gitu? Wah….gawat nech…kayaknya aku salah jawab. Dia mengulangi pertanyaan dan aku jawab “Sing….” Dia tanya…”Sing….???” Aku jawab… “emmmm Naong…” dia tanya “Naong……????” ….lah…ini dia ngemeng apaan ya. ….akhirnya aku nyerah dan kukatakan… ”I don’t understand what are you talking about….desculpa…” baru dech tuch penjaga asrama pergi..dan akupun bebas melanjutkan memasak…
Fatima, namanya begitu muslimah ya, namun dia orang portugis asli, ibu-ibu sekitar usia 45an, rambut tipis bergelombang, kurus namun terlihat lincah dan gesit. Kebiasaannya memakai celana jeans dan kaos you can see. Merokok adalah hobinya disela-sela menjaga asrama dan melayani para penghuni asrama. Selain juga hobi mengajariku ngomong bahasa portugis.
Hari itu hari minggu, ketika aku sedang masak bersama teman-teman, Fatima ikut nimbrung dan berusaha mengenalkan beberapa benda di dapur dalam bahasa portugis, namun sialnya aku yang kena arahan. Aku mencoba mengucapkan, dia bilang “Good…ta beng…” dan menciumku… kata selanjutnya dia masih membidikku, aku ucapkan lagi…dan dia cium aku lagi…hingga berkali-kali dia mengatakan bahwa aku bisa mengucapkan dengan benar dan dia menghadiahiku ciuman….wah…wah…wah….nasib..nasib…

Tidak ada komentar: