Selasa, 04 Desember 2012

Konggress III dan Lingkar Diskusi PPI Portugal 2012

Pada sabtu 1 Desember 2012 kemarin, tepatnya di Rua De Poca Distric of Braga, Portugal, PPI Portugal mengadakan konggress yang ke tiga, konggress yang berjalan cukup sukses dengan terpilihnya Denny Syamsuddin, mahasiswa program pasca sarjana University de Coimbra, menjadi ketua periode 2012/2013 kedepan.
“Perjuangan Belum Usai…” Begitulah uangkapan ketua terpilih Perhimpunan Pelajar Indonesia Portugal (PPI Portugal), Denny Syamsuddin, ketika di hubungi melalui account facebooknya, sesaat setelah dirinya diberikan amanah untuk menahkodai perjalanan kapal PPI Portugal ini.
Konggress ke-tiga PPI Portugal kali ini juga dibarengi dengan lingkar diskusi kepemudaan yang mengusung tema “Revitalisasi Pemuda Demi Membangun Indonesia Raya” menghadirkan pembicara dari berbagai lintas generasi. Sebut saja Prof. Dr. Wahyu Widodo, seorang professor dari Universitas Muhammadiyah Malang, yang merupakan narasumber dari generasi 60-an; A.R. Boyie Berawi, Koordinator PPI Eropa dan Amerika, PhD Student University of Porto, serta Denny Syamsuddin, praktisi/staff BUMN, Master student University de Coimbra, yang mewakili generasi masa kini.
Lingkar diskusi yang dihadiri oleh seluruh anggota PPI Portugal ini, berlangsung cukup menarik dan seluruh peserta terlihat active ambil bagian dalam setiap diskusi. Pemaparan materi oleh Prof. Wahyu yang membangkitkan kenangan masa lalu, belajar mengenai sejarah peran kepemudaan, serta peran pemuda di masa lalu, memberikan banyak gambaran mengenai spirit pemuda pada saat itu. Pemuda yang tangguh dan berjiwa pejuang ternyata menjadikan Indonesia sampai pada puncak kejayaan dan berhasil merdeka serta di akui dunia akan keberadaannya. Selain itu, Prof. Wahyu juga menyampaikan analisanya mengenai kondisi masa lalu dan masa kini, mengenai system kaderisasi yang belum dilakukan dengan baik, bahkan tidak ada lembaga khusus yang konsentrasi mengurusi masalah pengkaderan ini. Padahal menurut Wahyu, dengan system pengkaderan yang comprehensive dan holistic, akan menjadikan generasi penerus pemimpin Indonesia memiliki kesiapan mental dan spirit yang tidak diragukan lagi.
Masih menurut Wahyu, pemuda sangat di tuntut akan perannya untuk perubahan kedepan. Pemuda harus ikut berperan dalam melakukan perubahan system yang ada selama ini. Karena sitem yang ada saat ini merupakan system yang sudah cukup tua dan bahkan dapat dikatakan sudah kedaluwarsa. Menurutnya, ada dua jalan yang bisa dilakukan, peran formal dengan berkontribusi di pemerintahan sehingga bisa merombaknya dari dalam, maupun peran non-formal dari luar pemerintahan, seperti menyuarakan pendapat, melakukan kajian-kajian kepemudaan, dan yang lain.
Tidak adanya generasi penerus kepemimpinan muda, dilihat Denny sebagai kondisi yang disebabkan oleh karena feodalisme dan proses yang berlangsung lama mengenai kultur yang superior diantara generasi pendahulu. Maka dari itu yang harusnya disiapkan oleh negara Indonesia untuk mempersiapkan generasi-generasi penerus kepemimpinan di Indonesia kedepan adalah: diperlukannya pemuda yang nasionalis, amanah dan mampu menjaga idealism.
Nasionalis dinilai oleh Denny sebagai syarat mutlak kader muda penerus perjuangan, masalah yang ada saat ini dilihat Denny sebagai kondisi yang pemudanya sudah luntur akan rasa nasionalismenya, semangat berjuang sudah kendor karena pemuda lebih puas dengan kemudahan-kemudahan yang didapatkan (dimanjakan). Kemudahan yang didapatkan ini menurut Denny menjadikan pemuda kurang kompetitif dan enggan bersaing dan melakukan gebrakan-gebrakan perubahan.
Selain itu, pemuda yang mampu menjaga amanah dan idealism dinilai Denny sebagai pemuda yang memiliki kesiapan mental dan psikis untuk mengemban tanggung jawab perubahan dan kemajuan.
Secara normative, pemuda dilihat Denny, memiliki modal yang cukup kuat, yaitu pemuda itu pemberani dan terdepan, serta bersikap kritis. Modal inilah yang merupakan variable penting untuk menjaga kesiapan diri menjadi generasi pendobrak perjuangan. “Melanjutkan cita-cita para pejuang” nasionalis tidak mudah dibeli dengan uang. Walau demikian, menjaga idealism memang cukup membutuhkan spirit dan semangat yang tidak mudah. Selain itu, mahasiswa Erasmus Mundus SOSCOS dari Univeristy de Coimbra ini juga menyampaikan bahwa pemuda itu karakternya cepat puas, terlebih saat sudah menempati posisi tinggi dan kenyamanan.
Kelebihan dan kekurangan ini disampaikan oleh mahasiswa pasca sarjana Universitas de Coimbra ini sebagai bentuk analisanya mengenai kepemudaan dimasa kini. Hal tersebut diamini oleh B. Berawi yang menyampaikan bahwa “lawan” yang real jaman dahulu yaitu penjajah, kalau sekarang yang harus dilawan adalah hal abstrak seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi dan lain sebagainya. Maka dari itu mahasiswa program doctoral degree ini menyampaikan kesimpulannya bahwa pemuda harus Cinta tanah air, memiliki jiwa nasionalisme dan cinta produk tanah air, serta terus berkontribusi dilingkugan dimana dia berada. Demi kemaslahatan bersama dan demi keberlangsungan perjuangan yang tidak akan pernah berhenti.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sebagai mahasiswa baik didalam dan diluar negeri, belajar dengan baik adalah salah satu bentuk real menyumbang kemajuan Indonesia. Dengan belajar yang baik, maka dikemudian hari dipastikan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan sumber daya bagi kemajuan bangsa. Namun, selain hal tersebut, satu hal yang tidak kalah penting, penulis ingin mengatakan bahwa pemuda haruslah sehat, baik sehat fisik maupun sehat psikis. Sehat psikis termasuk didalamnya adalah kesiapan mental dan spiritual menghadapi dunia, tempaan-tempaan hidup menjadikan pemuda lebih menguasai “medan perang” dan tempaan spiritual menjadikan pemuda lebih siap akan ujian hedonism.
Selamat berjuang dan terus berkarya pemuda Indonesia.

Tidak ada komentar: