Minggu, 17 Agustus 2008

Akupun menginginkannya




Beberapa waktu lalu, seorang temen memberikan kabar gembira terkait rencana dia untuk melangsungkan pernikahannya. Perencanaan yang matang telah dia buat semenjak kuliah dulu. Pada saat mendengar berita tersebut, muncul perasaan iri dan cemburu dalam diriku, cemburu karena hingga umurku yang telah seperempat abad ini belum juga memiliki perencanaan yang matang menuju kearah sana.


Selayaknya orang-orang pada umumnya, akupun menginginkan adanya sebuah acara nan khusyuk dalam balutan sacralnya akad nikah, di iringi sholawat dan salam yang menggema di relung-relung jiwa, di taburkan ucapan hamdallah dan senyum bahagia kedua orang tua... ah mimpikah?


Sejenak ku tata hati melewati kesendirian yang tak berujung, ku tadaburi diri mencari keyakinan hati menujunya, kulewati malam-malam panjang berkholwat bersama-Nya mencoba mencari jawaban pasti akankah hal itu terjadi di sepenggal waktuku di dunia ini.


Ah...penantianku...bagaimana memulainya, bagaimana menatanya, bagaimana.... Aku,masih begitu lugu, aku masih begitu senang bermain layaknya anak kecil tanpa beban, aku....ah...




Tidak ada komentar: