Kamis, 13 Desember 2012

Makanan halal dan non halal serta justifikasinya..

Kalau merencanakan menjadi warga internasional, persiapkanlah segudang jawaban mengenai pertanyaan seperti judul tulisan ini. Tidak usah jawaban yang njelimet dan membutuhkan dahi berkerut karena saking beratnya, namun jawaban yang simple-simple saja. Kebanyakan mereka akan bertanya karena memang mereka belum pernah tahu dan mereka juga baru kali ini bersinggungan dengan manusia yang berbeda agama. Jadi jangan merasa diintimidasi atau rasisme, namun mereka memang ingin tahu.
Kalau di Negara kita yang warga negaranya multi agama mungkin akan sangat mudah menjumpai perbedaan-perbedaan dan secara tidak langsung kita akan menjadi toleran dan sudah bisa memahami. Namun bagi mereka yang hidup di Negara yang bukan multi agama, mereka memang benar-benar tidak tahu. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, mereka ingin tahu dan tugas kita hanya menjelaskan semampu kita. Tidak usah terbebani hingga menginginkan mereka merubah pandangan, sekedar menjelaskan saja. Aku sudah sering membaca diberbagai buku perjalanan dan pengalaman tinggal di multicultur, seperti bukunya Hanum misalnya. Dibuku tersebut juga disentuh mengenai keingintahuan temen kerja suaminya Hanum mengenai makanan halal dan pertanyaan yang berhubungan dengannya. Dan akupun sudah memperkirakan bahwa nantinya aku akan mendapatkan pertanyaan yang sama.
Namun, ternyata menjelaskan itu tidak mudah. Butuh ketelatenan dan kesabaran. Kadang aku merasa diintimidasi dan diinterogasi, padahal ternyata mereka memang antusias pengen tahu. Dan mereka dengan jujur, “saya benar-benar belum pernah mendapatkan konsep mengenai makanan halal, jadi tolong di jelaskan”…atau seorang colega yang menanyakan “kenapa gak ikutan minum bir? Wine? Kalau gak boleh minum kan boleh mencicipi…” bahkan kadang pertanyaan akan sampai kepada hal-hal yang sifatnya sensitive dan membuat kuping memerah. Namun percayalah, bahwa itu bukan karena mereka ingin memojokkan dan tidak suka dengan kebiasaan kita (muslim) namun karena mereka ingin tahu.
Kalau dosenku mereka menanyakan hingga bagaimana perasaan ketika berhubungan dengan pasien yang lain agama, apa definisi perbuatan yang baik dan dibolehkan dan justifikasi kenapa tidak boleh minum alcohol.
Kadang mereka memang cukup kritis dan aku hanya mencoba menjawab setahuku saja, ya maklum karena aku tidak tahu mengenai hadiz jadinya ya aku jawab dengan bahasaku sendiri. Seperti mengenai halal dan non halal. Bahwa dalam Al-Quran sudah ditulis mengenai hal-hal tersebut, tugas saya hanya mengikuti peraturan yang sudah ada. Hal-hal yang dilarang juga sudah tercantum, dan harus diikuti.
Makanan halal itu dibagi menjadi dua, yaitu cara menyembelihnya dan asal makanannya. Menyembelih harus dengan cara islam, dengan membaca bismillah. Bahasa yang sering aku gunakan adalah “Kill without bismillahh…atau kill with bismillah” dan mereka akan ngangguk-ngangguk tanda mengerti. Hal tersebut menyebabkan daging ayam atau daging sapi menjadi halal atau tidak halal. Satu lagi dari asal makanannya. Makanan yang mengandung babi, unsure-unsur babi serta alcohol juga dilarang karena tidak halal.
Mengenai justifikasi, kadang susah juga menjelaskannya. Karena mereka sukanya mendapatkan jawaban yang rasional. Jawaban yang biasanya aku pake buat menenangkan mereka adalah, kalo alcohol pasti akan menyebabkan mabuk, sedikitpun saya minum pasti akan mabuk karena tidak pernah sama sekali. Trus aku tambahkan saja, mungkin untuk kesehatan kalo di negaraku ada konsep minum air putih 8 gelas per hari, kalo kalian 8 gelas bir per hari ya…dan kamipun tertawa. Menganai babi..aku masih susah menemukan jawaban yang mudah di terima. Aku bilang saja, di Al-Quran dikatakan seperti itu, sambil senyum.
Bahkan kadang perbincangan menjalar kehubungan interpersonal antara perawat dan pasien. Dosenku yang mengatakan dirinya atheis menanyakan, bagaimana perasaan kamu saat bersentukan atau berinteraksi dengan orang yang beda agama. Mungkin bagi mereka yang baru berkenalan dengan orang yang berbeda agama atau kepercayaan akan merasa lain dan banyak pantangan dalam hubungan antar manusia juga. Namun bagiku, yang sudah terbiasa dengan multi cultur dan multi agama dalam kehidupan sehari-hari menjadikan nilai-nilai toleransi dan saling memahami antar sesame sudah terjalin.
Bagi mereka mungkin sebaliknya. Mengenai hubungan dengan pasien aku katakana, aku tidak pernah membawa agama dan kepercayaan dalam hubungan dengan pasien. Saya tidak memandang agama dan kepercayaan mereka, saya hanya memandang bahwa pasien itu adalah individu yang membutuhkan bantuan saya. Mereka punya nilai tersendiri itu urusan mereka, karena pada dasarnya manusia itu unik dan memiliki kepercayaannya mereka sendiri. Dosenkupun mengatakan bahwa dia sangat senang berinteraksi dengan multicultur, dia bisa banyak belajar mengenai toleransi. Dia mengatakan bahwa dengan hubungan interpersonal seperti inilah ternyata sebaik-baiknya pembelajaran hidup.
Satu hal yang aku tarik pelajaran dari peristiwa percakapan mengenai makanan halal, non halal, ataupun perbincangan mengenai perilaku keagamaan membuatku menarik kesimpulan bahwa mereka menjadi seperti ini karena mereka sejak kecil tidak dikenalkan mengenai agama. Mereka sama sekali tidak pernah menerima pembelajaran mengenai pentingnya agama apalagi diskusi mengenai agama. Orang tua dan nenek moyang mereka membawa kebiasaan antipati terhadap agama sehingga kebiasaan-kebiasaan itu menjadi kultur hingga sekarang. Dan bisa dibayangkan mengenai generasi muda-muda saat ini yang banyak menghabiskan waktunya dengan hura-hura, party, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Bisa dibayangkan apabila nilai-nilai agama diperkenalkan dan di tanamkan, maka sangat mungkin dan bukan mustahil jika mereka akan beragama dan lebih bisa menghargai hidup dan lebih beradab.
Aku sangat bersyukur sudah dilahirkan di keluarga yang menanamkan nilai-nilai agama sejak saya kecil. Agama Islam yang sangat aku cintai ini mengajarkan mengenai toleransi, lingkungan di Indonesia yang multi agama menjadikanku belajar banyak mengenai perbedaan dan perilaku mereka yang tidak sama namun memberikan nilai-nilai tersendiri.

Jumat, 07 Desember 2012

The Real Master is....

Mengenang pekerjaanku dulu, ternyata baru aku sadari. Disanalah sebenarnya aku menimba ilmu yang sesungguhnya hingga aku mendapatkan program master ini. Bersama merekalah aku banyak belajar dan mendapatkan pengalaman. Sekarang, aku mendalaminya dan memformulasikannya menjadi lebih ilmiah dan terstruktur. Selebihnya, disanalah aku mendapatkan the real master.
Mengenang kembali masa-masa itu, aku jadi teringat mengenai konsep staffing. Seperti disampaikan oleh seorang Prof di sini bahwa staffing atau pengaturan ketenagaan itu harus dilakukan oleh orang yang benar-benar mendalami tugas dan fungsi staff. Selain itu seorang “pengatur staff” juga harus mendalami staff tersebut sampai ke masalah psikologis dan type masing-masing individu.
Individu itu unik, masing-masing memiliki sisi yang laen. Selain itu, setiap staff juga memiliki soft skill tersendiri. Soft skill itu kadang sudah menjadi bawaan dan mengakar menjadi tabit dimasing-masing individu. Pengalamanku sendiri mengatakan bahwa, ketika aku tidak berada di “habitatku” aku tidak bisa berkreatifitas dan tidak bisa memberikan yang terbaik. Itu konsepku dulu.
Habitat di RS bagi perawat ya dibagi menjadi banyak unit, ada unit gawat darurat, unit intensive care, dan unit-unit yang laen. Personal opinion, namun berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa teman menunjukkan bahwa ketika seorang staff ditempatkan di unit yang bukan menjadi “habitat” aslinya, seseorang tersebut pasti akan mengalami masalah. Baik susah menyesuaikan diri maupun masalah yang laen. Hal ini tentunya akan berdampak pada performa dan outcome pelayanan.
Sebagai perawat ternyata memang mebutuhkan keikhlasan tersendiri, walaupun perawat yang merupakan point penting dari pelayanan kesehatan ini seringkali berada dalam jajaran yang terpinggirkan. Namun demikian, keikhlasan seorang perawat dalam memberikan pelayanan adalah keikhlasan murni sebagai manusia yang diciptakan untuk membantu dan saling melayani. Ketika tengah malam, dingin menusuk tulang, perawat dengan jiwa ikhlasnya mendengarkan keluhan pasien, menemani pasien yang merasa kesepian ditinggal keluarganya tidur, memberikan sentuhan terhangatnya, dan dengan hati lapangnya memberikan kekuatan bagi pasien yang kehilangan harapan. Semua perawat lakukan.
Disana pulalah aku mengenal konsep skill mix, dimana konsep skill mix ternyata sudah kami kenal dan kendalikan sedemikian rupa sehingga pelayanan tetap bisa dijalankan sesuai dengan semestinya. Skill mix yang kami punya sangat beragam, level pendidikan, level sertifikasi, bahkan kami punya dari zero to hero. Semua ada. Namun demikian, tanpa kami sadari, konsep skill mix tersebut sudah kami lewati tanpa adanya celah. Kami sangat menikmati, walau terkadang sangat kami rasakan kelelahan dan rasa capek. Namun kebersamaan ternyata melebihi segalanya.
Selain itu, kami juga belajar mengenai nursing care delivery system, walaupun aku baru mengenal istilah tersebut sekarang, setelah studi literature secara sistematis, namun ternyata kami disana sudah melakukannya dengan baik. Kami mempertimbangkan skill mix, kebutuhan pasien, level pasien, ratio perawat dan pasien serta lingkungan kerja yang penuh dengan disiplin ilmu. Kami sebagai perawat selalu menetralkan diri, selalu mengedepankan kepentingan pasien bahkan diatas kepentingan kami sendiri.
Disana pulalah aku mengenal adanya nursing relationship dan health working environments. Semua istilah2 dan model2 yang aku pelajari ternyata secara tidak langsung sudah aku dapatkan disana. Bersama mereka, teman2 terbaikku. Teman-teman yang selalu mendukung satu-sama lain, bersama dalam team work, bersama memberikan yang terbaik bagi pasien.
Atau bahkan teori mengenai transport pasien intra dan inter hospital yang disampaikan oleh seorang master dari RS setempat. Dengan semangatnya beliau menyampaikan guidelines transport pasien, hal2 yang harus di perhatikan, alat2 yang perlu disiapkan. Bahkan hal semacam itu baru aku denger ternyata ada teorinya, karena aku dah melakukannya berpuluh kali dan semua berjalan dengan baik. Karena kami belajar dari pengalaman dan mempersiapkan semuanya dengan seksama. Seperti kebutuhan oksigen, kebutuhan obat-obatan emergency, kebutuhan peralatan intubasi. Semua yang disampaikan, walau baru denger kalau ada guidelines-nya tapi semua sudah kami lakukan.
Kawan, bersama kalianlah sebenar-benarnya proses master ini dijalani, bersama kalianlah aku mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini. The real master is by doing……miss you all as always..
Selamat buat temen2 perawat Indonesia, you are the real master….

Selasa, 04 Desember 2012

Konggress III dan Lingkar Diskusi PPI Portugal 2012

Pada sabtu 1 Desember 2012 kemarin, tepatnya di Rua De Poca Distric of Braga, Portugal, PPI Portugal mengadakan konggress yang ke tiga, konggress yang berjalan cukup sukses dengan terpilihnya Denny Syamsuddin, mahasiswa program pasca sarjana University de Coimbra, menjadi ketua periode 2012/2013 kedepan.
“Perjuangan Belum Usai…” Begitulah uangkapan ketua terpilih Perhimpunan Pelajar Indonesia Portugal (PPI Portugal), Denny Syamsuddin, ketika di hubungi melalui account facebooknya, sesaat setelah dirinya diberikan amanah untuk menahkodai perjalanan kapal PPI Portugal ini.
Konggress ke-tiga PPI Portugal kali ini juga dibarengi dengan lingkar diskusi kepemudaan yang mengusung tema “Revitalisasi Pemuda Demi Membangun Indonesia Raya” menghadirkan pembicara dari berbagai lintas generasi. Sebut saja Prof. Dr. Wahyu Widodo, seorang professor dari Universitas Muhammadiyah Malang, yang merupakan narasumber dari generasi 60-an; A.R. Boyie Berawi, Koordinator PPI Eropa dan Amerika, PhD Student University of Porto, serta Denny Syamsuddin, praktisi/staff BUMN, Master student University de Coimbra, yang mewakili generasi masa kini.
Lingkar diskusi yang dihadiri oleh seluruh anggota PPI Portugal ini, berlangsung cukup menarik dan seluruh peserta terlihat active ambil bagian dalam setiap diskusi. Pemaparan materi oleh Prof. Wahyu yang membangkitkan kenangan masa lalu, belajar mengenai sejarah peran kepemudaan, serta peran pemuda di masa lalu, memberikan banyak gambaran mengenai spirit pemuda pada saat itu. Pemuda yang tangguh dan berjiwa pejuang ternyata menjadikan Indonesia sampai pada puncak kejayaan dan berhasil merdeka serta di akui dunia akan keberadaannya. Selain itu, Prof. Wahyu juga menyampaikan analisanya mengenai kondisi masa lalu dan masa kini, mengenai system kaderisasi yang belum dilakukan dengan baik, bahkan tidak ada lembaga khusus yang konsentrasi mengurusi masalah pengkaderan ini. Padahal menurut Wahyu, dengan system pengkaderan yang comprehensive dan holistic, akan menjadikan generasi penerus pemimpin Indonesia memiliki kesiapan mental dan spirit yang tidak diragukan lagi.
Masih menurut Wahyu, pemuda sangat di tuntut akan perannya untuk perubahan kedepan. Pemuda harus ikut berperan dalam melakukan perubahan system yang ada selama ini. Karena sitem yang ada saat ini merupakan system yang sudah cukup tua dan bahkan dapat dikatakan sudah kedaluwarsa. Menurutnya, ada dua jalan yang bisa dilakukan, peran formal dengan berkontribusi di pemerintahan sehingga bisa merombaknya dari dalam, maupun peran non-formal dari luar pemerintahan, seperti menyuarakan pendapat, melakukan kajian-kajian kepemudaan, dan yang lain.
Tidak adanya generasi penerus kepemimpinan muda, dilihat Denny sebagai kondisi yang disebabkan oleh karena feodalisme dan proses yang berlangsung lama mengenai kultur yang superior diantara generasi pendahulu. Maka dari itu yang harusnya disiapkan oleh negara Indonesia untuk mempersiapkan generasi-generasi penerus kepemimpinan di Indonesia kedepan adalah: diperlukannya pemuda yang nasionalis, amanah dan mampu menjaga idealism.
Nasionalis dinilai oleh Denny sebagai syarat mutlak kader muda penerus perjuangan, masalah yang ada saat ini dilihat Denny sebagai kondisi yang pemudanya sudah luntur akan rasa nasionalismenya, semangat berjuang sudah kendor karena pemuda lebih puas dengan kemudahan-kemudahan yang didapatkan (dimanjakan). Kemudahan yang didapatkan ini menurut Denny menjadikan pemuda kurang kompetitif dan enggan bersaing dan melakukan gebrakan-gebrakan perubahan.
Selain itu, pemuda yang mampu menjaga amanah dan idealism dinilai Denny sebagai pemuda yang memiliki kesiapan mental dan psikis untuk mengemban tanggung jawab perubahan dan kemajuan.
Secara normative, pemuda dilihat Denny, memiliki modal yang cukup kuat, yaitu pemuda itu pemberani dan terdepan, serta bersikap kritis. Modal inilah yang merupakan variable penting untuk menjaga kesiapan diri menjadi generasi pendobrak perjuangan. “Melanjutkan cita-cita para pejuang” nasionalis tidak mudah dibeli dengan uang. Walau demikian, menjaga idealism memang cukup membutuhkan spirit dan semangat yang tidak mudah. Selain itu, mahasiswa Erasmus Mundus SOSCOS dari Univeristy de Coimbra ini juga menyampaikan bahwa pemuda itu karakternya cepat puas, terlebih saat sudah menempati posisi tinggi dan kenyamanan.
Kelebihan dan kekurangan ini disampaikan oleh mahasiswa pasca sarjana Universitas de Coimbra ini sebagai bentuk analisanya mengenai kepemudaan dimasa kini. Hal tersebut diamini oleh B. Berawi yang menyampaikan bahwa “lawan” yang real jaman dahulu yaitu penjajah, kalau sekarang yang harus dilawan adalah hal abstrak seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi dan lain sebagainya. Maka dari itu mahasiswa program doctoral degree ini menyampaikan kesimpulannya bahwa pemuda harus Cinta tanah air, memiliki jiwa nasionalisme dan cinta produk tanah air, serta terus berkontribusi dilingkugan dimana dia berada. Demi kemaslahatan bersama dan demi keberlangsungan perjuangan yang tidak akan pernah berhenti.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sebagai mahasiswa baik didalam dan diluar negeri, belajar dengan baik adalah salah satu bentuk real menyumbang kemajuan Indonesia. Dengan belajar yang baik, maka dikemudian hari dipastikan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan sumber daya bagi kemajuan bangsa. Namun, selain hal tersebut, satu hal yang tidak kalah penting, penulis ingin mengatakan bahwa pemuda haruslah sehat, baik sehat fisik maupun sehat psikis. Sehat psikis termasuk didalamnya adalah kesiapan mental dan spiritual menghadapi dunia, tempaan-tempaan hidup menjadikan pemuda lebih menguasai “medan perang” dan tempaan spiritual menjadikan pemuda lebih siap akan ujian hedonism.
Selamat berjuang dan terus berkarya pemuda Indonesia.

Senin, 03 Desember 2012

Beasiswa dan Sistem Perbank-kan di LN (Portugal)

Mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan ternyata membutuhkan modal juga. Dulu aku pikir semua akan di tanggung oleh si pemberi beasiswa, ternyata perkiraanku salah. Namun sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Hanya butuh proses saja untuk mendapatkannya. Sehingga akupun mengeluarkan modal untuk tiket perjalanan hingga mencapai universitas tempat aku belajar dan biaya satu bulan pertama hingga beasiswa diberikan. Sebenarnya pihak pemberi beasiswa memiliki budget untuk biaya perjalanan, hingga pengurusan visa dan yang lain. Masalahnya budget tersebut akan diberikan setelah mahasiswa sudah ditempat tujuan. Jadi mau tidak mau ya aku keluar modal juga. Ini yang aku katakana, tidak sepenuhnya salah.
Satu bulan pertama itulah setiap mahasiswa dengan biaya hidup dari kantong masing-masing diharuskan membuka rekening bank di negara setempat. Prosesnya memberikan pengalaman yang banyak mengenai perbank-an di luar negeri terkait proses pengajuan pembukaan rekening hingga proses beasiswa yang tidak kunjung turun juga.
Satu minggu pertama aku gunakan untuk mengumpulkan document-dokument yang dibutuhkan untuk membuka rekening. Ternyata baru aku sadari, kalau membuka rekening bank sebagai warna internasional itu tidaklah mudah. Karena banyak syarat yang harus dipenuhi. Bahkan ada beberapa bank pemerintah rekomendasi dari sekolah yang sepertinya “ogah-ogah-an” mengurusi masalah ini dan mereka seakan-akan mempersulit proses pembukaan rekening kami.
Syarat-syarat yang diperlukan termasuk didalamnya adalah keterangan dari sekolah tempat kita belajar, passport, keterangan tempat tinggal dan tax number (kalo di Indonesia NPWP). Dan kenyataan yang aku alami, untuk mendapatkan semua document inipun bukanlah hal yang mudah. Karena harus menunggu dan walaupun tax number (katanya hanya formalitas karena bukan warga negara), beberapa teman mengalami kesulitan untuk mendapatkannya.
Pengajuan di bank pemerintah yang seakan males mengurusi karena mungkin kurang menguntungkan bagi mereka, membuat kami berpindah ke bank swasta. Ada beberapa bank swasta di Portugal yang kami lihat. Ada Millenium Bank, Banco Espirito Santo (BES), dan Sandanter Totte. Karena yang paling dekat dengan asrama adalah BES akhirnya akupun memutuskan untuk membuka rekening dibank tersebut.
Prosesnya ternyata tidak seberapa rumit yang kami bayangkan, karena mereka membantu dalam pembuatan tax number, bahkan dengan document kami yang sudah lengkap mereka akan membuatkan account dalam satu hari. Bayangan akan dipersulit seperti di bank pemerintah itu lenyaplah sudah. Dan kamipun berhasil mendapatkan bank account dan langsung kami kirim ke coordinator konsorsium pemberi beasiswa, berharap uang beasiswa segera turun.
Ternyata tidak semudah yang dibayangkan, beasiswa yang kami harapkan ternyata mengalami kendala. Entah apa yang jadi masalah, namun beasiswa baru keluar setelah berkali-kali kami bergantian mengirimkan email ke sekretaris konsorsium bahwa kami sangat membutuhkan beasiswa tersebut untuk membayar asrama dan bertahan hidup (yang sebenarnya emailnya kadang kami lebih-lebihkan untuk mendapatkan perhatian mereka). Dan Alhamdulillah, setelah hampir 1,5 bulan, beasiswa itupun turun. Jumlahnya cukup lumayan karena mereka memang memberikan budget untuk biaya perjalanan, pengurusan visa, biaya mobilisasi dan yang lainnya.
Dari pengalaman singkat mengenai pembukaan rekening dan masalah beasiswa tersebut diatas, kemudian saya bisa menarik pelajaran khususnya banyak hal terkait system perbank-an di LN. secara tidak langsung saya bisa mengatakan bahwa ada banyak hal-hal baru yang aku temui disini, dimaa di Indonesia menurutku akan sangat bagus jika system perbank-annya memiliki hal yang sama.
Satu hal pertama yang aku nilai sangat bagus dari Banco Espirito Santo (BES) adalah mengenai system kartu ATM. Kita di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kartu ini. Satu hal yang saya anggap penting adalah, bahwa BES memberikan ATM tersebut pada hari pembukaan, dan dua ATM lagi yang akan di kirim dikemudian hari. ATM yang dikirim dikemudian hari salah satunya berfungsi ganda (sebagai kartu debit dan sebagai kartu kredit) dan satunya lagi hanya sebagai kartu kredit. Jadi sekarang saya memiliki 3 kartu ATM yang berfungsi semuanya dengan satu PIN code dan sekaligus kartu kredit. Keuntungan dari hal ini adalah misalnya suatu saat terjadi kehilangan kartu ATM, si empunya tidak terlalu khawatir karena masih memiliki kartu cadangan, tinggal ganti PIN code saja, maka ATM yang hilang sudah terblokir dengan sendirinya. Dan tinggal telp ke customer services dan dia akan mengirimkan gantinya. Kalau di Indonesia, kehilangan ATM menjadikan si empunya harus telp call center untuk memblokir ATM, setelah itu harus datang ke kantor bank untuk mendapatkan ATM yang baru. Menurutku hal ini cukup effective dan membantu sekali. Untuk mencegah kemungkinan orang lupa kartu ATM-nya, jaringan mesin ATM di sini memberlakukan system dimana ketika mengambil uang atau transaksi apapun di mesin ATM, maka ketika transaksi sudah berakhir, yang akan dikeluarkan lebuh dulu oleh si mesin adalah kartu ATM, diikuti oleh uang dan terakhir adalah slip transaksi. Beda dengan beberapa kali pengalaman di Indonesia ketika yang keluar lebih dulu uangnya, maka aku ambil uangnya kemudian buru2 pergi, padahal atm masih ada di dalam mesin atm. Selain itu, mengenai kartu kredit, aku sangat terbantu dengannya karena memudahkanku untuk booking penerbangan domistik maupun internasional ketika aku ingin jalan-jalan keliling eropa.
Selain hal tersebut, ada pengalaman yang membuatku cukup puas dengan BES adalah, ketika waktu itu aku kesulitan mengenai operasional internet banking (karena dalam bahasa portugis) sedangkan aku ingin mencoba internasional transfer. Akupun memutuskan untuk telp call center, namun ditengah pembicaraan ternyata telponku habis pulsa. Alangkah senangnya diriku karena si call center telp balik dan dengan sabar menjelaskan kepadaku bagaimana langkah-langkah yang harus aku ikuti. Sungguh menyenangkan. Terlepas dari BES adalah bank swasta dan populasi di Portugal yang tidak banyak menyebabkan mereka harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya. Namun hal ini sangat bagus jika di ikuti oleh semua bank di Indonesia.
Mengenai beasiswa, pelajaran yang saya dapatkan adalah. Bahwa memang betul butuh modal yang ternyata tidak sedikit, karena beberapa teman ada yang hanya membawa seikit simpanan dan mengaharap beasiswa turun dengan segera. Namun ternyata kenyataan berbicara lain, hingga seorang teman ini harus mengirit dan meminjam beberapa teman. Satu hal lagi, setelah mendapatkan beasiswa gunakanlah beasiswa tersebut dengan bijaksana. Karena terkadang, untuk bulan-bulan selanjutnyapun masih juga ada keterlambatan pemberian beasiswa dari konsorsium.
Selamat mencoba applikasi beasiswa ya friends. Jangan pernah putus asa untuk mencoba, insyaAlloh ada pemberi beasiswa yang menunggu anda…hanya waktu yang akan menjawabnya.